Tampilkan postingan dengan label ESQ. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ESQ. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Juni 2012

Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selain Islam Maju

Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selain Islam Maju?


 Diary of Hilfan Soeltansyah (www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id)



Saat ini boleh dikata ummat Islam adalah ummat yang paling tertinggal dibanding ummat-ummat beragama lainnya.


[caption id="attachment_776" align="alignleft" width="259" caption="Kemajuan Dunia Barat"]Kemajuan Dunia Barat[/caption]

Ummat Yahudi meski berjumlah hanya 40 juta, namun menguasai ekonomi dan politik dunia. Mereka bisa menguasai masjidil Aqsha tanpa perlawanan berarti dari ummat Islam yang katanya berjumlah 1,2 milyar atau 30 kali lipat lebih banyak dari kaum Yahudi.

[caption id="attachment_777" align="alignright" width="199" caption="Kemajuan Barat di Bidang Persenjataan"]Kemajuan Barat di Bidang Persenjataan[/caption]

Ummat Nasrani di Eropa, Australia, AS, sangat maju di bidang teknologi dan menguasai negara-negara Islam secara ekonomi dan politik. Mereka mampu membuat mobil, kapal selam, kapal induk yang mampu memuat ratusan kapal terbang, rudal antar benua, pesawat ulang alik yang mengelilingi bumi, bahkan bisa membuat pesawat ruang angkasa yang bisa melaju jauh hingga melewati planet Saturnus.

[caption id="attachment_778" align="aligncenter" width="255" caption="Kemajuan Barat di Bidang Persenjataan"]Kemajuan Barat di Bidang Persenjataan[/caption]

Bahkan Amerika Serikat dan sekutunya mampu menyerang dan menjajah dan membunuh ummat Islam di Afghanistan dan Irak tanpa perlawanan dari seluruh ummat Islam. Sebagian ummat Islam dengan semangat “Toleransi” justru bekerjasama dengan AS dan Sekutunya yang sebenarnya merupakan kafir harbi.

[caption id="attachment_779" align="alignleft" width="275" caption="Munafik"]Munafik[/caption]

Ummat Islam boleh dikata ummat yang paling miskin, paling bodoh, dan paling suka bertengkar dengan sesama.

Padahal zaman Nabi, sahabat, dan beberapa generasi sesudahnya selama 700 tahun ummat Islam begitu maju menguasai dunia. Islam berkibar dari Ternate, India, Timur Tengah, Yugoslavia, Albania, Bulgaria, Yunani, bahkan hingga Spanyol.

Ummat Islam mampu mengalahkan orang-orang kafir, Yahudi, bahkan 2 kerajaan Super Power saat itu yaitu Romawi dan Persia. Bahkan ibukota kedua negara tersebut, yaitu Constantinople (Istambul) dan Baghdad saat ini tetap berada di tangan Islam yaitu di negara Turki dan Irak.

[caption id="attachment_780" align="alignright" width="274" caption="Kejayaan Islam Hingga Sepanyol"]Kejayaan Islam Hingga Sepanyol[/caption]

Semangat jihad ummat Islam begitu tinggi sehingga 200 ribu pasukan Romawi tidak mampu mengalahkan pasukan Islam yang dipimpin Khalid bin Walid yang berjumlah hanya 3 ribu orang. Bukannya tentara Islam yang mundur, justru pasukan Romawilah yang mundur ketakutan akibat strategi Khalid bin Walid.

[caption id="attachment_782" align="alignleft" width="230" caption="Perang Salib"]Perang Salib[/caption]

Dalam Perang Salib antara ummat Kristen dengan Ummat Islam yang terjadi beberapa kali dari tahun 1096 hingga 1291 untuk memperebutkan Palestina, hanya perang Salib pertama yang dimenangkan ummat Kristen. Setelah itu ummat Islam yang menang dan berkuasa hingga abad 20 sebelum akhirnya jatuh ke tangan Israel.

Dalam bidang ilmu pengetahuan juga begitu. Ibnu Sina (Avicenna) dikenal sebagai Bapak Kedokteran dunia. Ketika perang Salib dan Raja Richard the Lion Heart sakit, tak ada satu dokter Eropa pun yang mampu mengobatinya. Justru Sultan Salahuddin Al Ayyubi yang menyelinap ke tenda Richard yang bisa mengobatinya. Itulah keunggulan ilmu kedokteran Islam saat itu.

[caption id="attachment_783" align="alignright" width="207" caption="Kemajuan Islam di Bidang Kedokteran"]Kemajuan Islam di Bidang Kedokteran[/caption]

[caption id="attachment_781" align="alignleft" width="246" caption="Semangat Jihad"]Semangat Jihad[/caption]

Ilmuwan Islam Al Khawarizmi juga mengembangkan ilmu Matematika seperti Aljabar (Algebra), Algoritma (Algorithm) yang kita kenal hingga sekarang. Bahkan angka yang kita pakai sekarang pun merupakan hasil penemuan ilmuwan Islam yang disebut dengan ”ARABIC NUMERAL” yang menggantikan Sistem Bilangan Romawi yang sangat tidak fleksibel. Pada saat munculnya Islam, bangsa Barat belum mengenal angka 0 (Nol). Islamlah yang mengenalkan angka itu pada mereka.

Mengapa ini semua bisa terjadi?

Syekh Amir Syakib Arsalan menulis satu buku yang mengungkap hal ini dengan judul ”Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selainnya Maju?”

Sebab pertama kenapa ummat Islam mundur adalah karena ummat Islam sudah tidak mempraktekkan ajaran Islam yang termuat dalam Al Qur’an dan Hadits. Padahal itu adalah pedoman kita agar hidup bahagia dunia dan akhirat.

Nabi SAW bersabda: “Aku tinggalkan bagimu dua perkara, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul(hadits)”. Ditambah lagi Qur’an sendiri menyatakan dalam surat Al-Furqon ayat 30. Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an itu sesuatu yang tidak diacuhkan”. Menyoroti masalah ini Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Barang siapa yang tidak membaca Qur’an maka dia telah menjauhi Qur’an, dan barang siapa yang membaca tapi tidak pernah merenungkan isinya maka dia telah menjauhi Qur’an, dan barang siapa yang membaca lalu merenungkan isinya tapi tidak pernah mengamalkan nya maka dia telah menjauhi qur’an pula”. Tapi hal iniditujukan kepada orang yang berbeda kemampuan pemahamannya terhadap Qur”an.

[caption id="attachment_784" align="alignleft" width="259" caption="Pentingnya Mencari Ilmu dalam Islam"]Pentingnya Mencari Ilmu dalam Islam[/caption]

Dalam Islam begitu banyak ajaran yang jika dilaksanakan akan bermanfaat bagi ummat Islam sendiri.

Sebagai contoh, Nabi berkata bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim lelaki dan perempuan [Ibnu Majah). Artinya jika kita mempelajari ilmu yang bermanfaat kita akan mendapat pahala, sedang jika tidak belajar kita akan berdosa.

Namun kenyataannya banyak ummat Islam yang malas belajar. Bahkan ada yang beranggapan wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi toh akhirnya juga tinggal di dapur.

Akibatnya ummat Islam jadi bodoh dan terbelakang.

Sebaiknya ummat Non Muslim begitu rajin belajar. Tidak hanya S1, tapi juga S2, bahkan S3 dan banyak juga yang tetap belajar meski tidak melalui pendidikan formal seperti Bill Gates yang meski tidak lulus kuliah tapi tetap terus belajar sehingga bisa membuat sistem operasi komputer yang dipakai luas di seluruh dunia.

[caption id="attachment_785" align="alignleft" width="258" caption="Kebersihan Toilet Orang Barat"]Kebersihan Toilet Orang Barat[/caption]

Ummat Non Muslim begitu cerdas hingga mereka bisa membuat pesawat terbang, kapal induk, peluru kendali, mobil, komputer, dan sebagainya, sementara ummat Islam karena bodoh nyaris tidak bisa apa-apa.

Nabi juga berkata: ”Kebersihan sebagian dari iman.” Namun ternyata ummat Islam banyak yang hidup jorok. Bahkan banyak pesantren yang merupakan tempat kaderisasi ulama yang begitu kotor tempat wudlu, kamar mandi, apalagi WC-nya. Saya sempat melihat air yang begitu kotor dan hijau dipakai untuk berwudlu di pesantren.

[caption id="attachment_786" align="alignright" width="258" caption="Teknologi Kebersihan Orang Barat"]Teknologi Kebersihan Orang Barat[/caption]

Sebaliknya, ummat Non Muslim hidup begitu bersih. Untuk kamar kecil saja, airnya begitu bersih dan jernih. Bahkan mereka bisa mencari nafkah dengan menjadikan kebersihan sebagai usaha/bisnis mereka. Sebagai contoh perusahaan Swedia, Electrolux, memproduksi berbagai produk kebersihan seperti Vacuum Cleaner, alat pel listrik, dan sebagainya. Unilever merupakan perusahaan Multinasional yang kaya dengan produk kebersihan seperti sabun mandi, shampo (pembersih rambut), dan juga sabun cuci. Mereka jadi bersih dan makmur dengan menjalankan kebersihan yang sebenarnya merupakan ajaran Islam.

Kedua adalah ummat Islam tidak bersatu, tapi berpecah-belah. Padahal ummat Islam diperintahkan untuk bersatu.

Allah sudah mengingatkan kepada kita . QS. Ali Imran : 103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

[caption id="attachment_771" align="alignleft" width="290" caption="Umat Islam Harus Memiliki Pertahanan Yang Kuat"]Umat Islam Harus Memiliki Pertahanan Yang Kuat[/caption]

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Akan terpecah belah umatku seperti terpecah-belahnya Yahudi dan Nasrani menjadi 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali kaum yang mengikuti ajaran-ajaranku dan sahabat-sahabatku".

Pada zaman Nabi, ummat Islam juga berusaha untuk dipecah-belah dan diadu-domba baik oleh orang kafir Mekkah, mau pun kaum Yahudi misalnya dengan berusaha menimbulkan fanatisme suku antara kelompok Muhajirin dan Anshar. Tapi Nabi berhasil mendamaikan dan mempersatukan mereka. Seharusnya para ulama yang merupakan pewaris Nabi harus berusaha mempersatukan ummat Islam yang terpecah-belah baik dalam kelompok bangsa/negara mau pun aliran.

[caption id="attachment_772" align="alignright" width="258" caption="Dunia Barat Menguatkan Image Super Powernya Dengan Mengadakan Peperangan Diseluruh Dunia"]Dunia Barat Menguatkan Image Super Powernya Dengan Mengadakan Peperangan Diseluruh Dunia[/caption]

Bahkan ummat Islam juga disusupi oleh kaum munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay bin Salul untuk memecah-belah ummat Islam dari dalam. Kaum munafik ini bahkan membangun masjid guna memecah-belah ummat Islam.

”Di antara orang-orang munafik itu ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan pada orang-orang mukmin, untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta.

Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. [At Taubah:107-108]

Ummat Islam bukan hanya tidak sholat di masjid itu (Masjid Dliror), bahkan membakarnya sehingga orang-orang munafik tidak bisa memecah-belah ummat Islam.

”Maka mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan untuk memberi petunjuk kepadanya.

Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir seperti mereka. Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolongmu, hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan pula menjadi penolong” [An Nisaa’:88-89]

[caption id="attachment_773" align="alignright" width="270" caption="Semangat Mati Syahid"]Semangat Mati Syahid[/caption]

Surat Al Baqoroh ayat 1-20 menjelaskan Muslim yang lurus, orang yang kafir, dan orang yang munafik. Ini agar ummat Islam bisa bersatu dengan Muslim yang lurus dan terhindar dari pecah-belah / adu domba kaum kafir dan munafik.

Dengan persatuan, ummat Islam tidak terkalahkan. Tidak hanya kaum kafir Quraisy yang gagal mengalahkan ummat Islam, tapi juga kaum Yahudi, Persia, dan Romawi. Mereka akhirnya takluk di tangan pejuang Islam.

Negara-negara Barat maju karena mereka bersatu. Di bawah kepemimpinan Amerika Serikat dan kelompoknya yang disebut NATO, mereka bersatu menyerang ummat Islam di Afghanistan, Iraq, dan juga memberikan dukungan penuh pada Israel yang menjajah Palestina dan menguasai masjid Al Aqsha.

Presiden AS, George W Bush mengatakan: ”Either with us or against us!”. Berjuang bersama kami. Jika tidak berarti melawan kami!” Jika tidak turut berjuang bersama George W Bush, berarti jadi musuh Bush cs.

Ummat Islam dulu juga begitu. Ketika bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi’ tidak ikut berperang, mereka dikucilkan sehingga merasa berdosa:

”dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [At Taubah:118]

Ummat Islam gagal membebaskan masjid Al Aqsha karena politik adu domba dan pecah belah yang dilancarkan oleh AS dan sekutunya.

Jika ummat Islam bersatu, tidak mungkin orang-orang kafir mampu memerangi ummat Islam dan menang:

”Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti.” [Al Hasyr:14]

Sering ummat Islam ribut dan bertengkar karena masalah furu’iyah/cabang sehingga akhirnya terpecah-belah dan mudah ditaklukkan musuh.

Sebab Ketiga adalah ummat Islam Cinta Dunia dan Takut Mati.

Nabi Muhammad SAW berkata: ”Kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang yang berebut melahap isi mangkok makanan. Para sahabat bertanya, “Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali tetapi seperti buih air bah (tidak berguna) dan kalian ditimpa penyakit wahan.” Mereka bertanya lagi, “Apa itu penyakit wahan, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Kecintaan yang sangat kepada dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud)

Saat ini mayoritas ummat Islam terlalu cinta dunia dan takut mati. Kebanyakan ummat Islam boleh dikata alergi terhadap perang. Apalagi ada beberapa boneka kelompok Barat yang berusaha melenyapkan ajaran jihad dengan perang dan menggantinya dengan ajaran Damai dan Cinta meski pada saat ini ummat Islam diserang dan dibunuh di Afghanistan, Iraq, dan Palestina. Ajaran Jihad pun berusaha untuk dipersempit sehingga perang tidak termasuk di situ.

Allah mewajibkan ummat Islam untuk berperang membela diri dan orang-orang yang dizalimi:

”Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!.” [An Nisaa’:75]

”Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu” [Al Baqoroh:190]

”Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [Al Baqarah:216]

Dalam Islam kita diperintahkan untuk selalu dalam keadaan siap untuk berperang, sehingga ketika musuh menyerang, kita tidak terbantai dan terjajah:

”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” [Al Anfaal:60]

Negara-negara Barat paham mengenai hal ini. Mereka punya semboyan: ”Si Vis Pacem Para Bellum”. Agar bisa damai, kita harus menyiapkan perang. Artinya jika kita kuat dan siap perang, maka musuh tidak berani menyerang dan memerangi kita sehingga kita bisa hidup damai.

Negara-negara Barat maju karena banyak melakukan peperangan. Dari Eropa, mereka berperang menyerang penduduk-penduduk di benua Asia, Afrika, Australia, dan Amerika. Akibatnya saat ini Kanada, Amerika Serikat, Australia, serta negara-negara Amerika Latin seperti Meksiko dan Brazil boleh dikata mayoritas penduduknya dan pemimpinnya berasal dari Eropa.

Negara-negara Barat juga melakukan peperangan baik dalam perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Afghanistan, Perang Iraq, dan sebagainya. Puluhan juta tentara mereka mati karenanya. Tapi musuh yang mereka bunuh (di antaranya ummat Islam) lebih banyak lagi dan mereka berhasil menguasai sumber daya dan kekayaan negara lain sehingga bisa maju dan kaya.

Seharusnya ummat Islam harus berani berperang untuk membela diri. Para ulama dan pemuda Islam yang sadar juga harus semangat untuk berperang membela orang-orang yang dijajah:

”Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti” [Al Anfaal:65]

Saat ini kebanyakan ummat Islam takut untuk mati di dalam peperangan. Sebaliknya mati ketika tawuran sekolah, tawuran antar warga, perang Supporter bola, atau mati terinjak dalam konser jadi hal yang biasa ketimbang mati syahid di dalam peperangan.

Sebab Keempat mundurnya ummat Islam adalah hilangnya semangat Jihad. Jihad adalah satu kesungguhan untuk berjuang di jalan Allah.

Ada hadits dloif yang berusaha memperkecil makna Jihad sebagai hanya perang melawan hawa nafsu dan bukan berperang. Padahal jihad adalah perjuangan yang sungguh-sungguh sehingga bukan hanya harta saja yang dikorbankan, tapi juga nyawa.

Ayat di bawah menjelaskan orang yang berjihad dengan harta dan nyawa jauh lebih tinggi derajadnya ketimbang orang yang tidak ikut berperang:

[caption id="attachment_774" align="alignleft" width="258" caption="Penguasaan Sumber Daya Alam Oleh Barat"]Penguasaan Sumber Daya Alam Oleh Barat[/caption]

”Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ‘uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar” [An Nisaa’:95]

Ummat Islam ketika perang dulu tidak takut mati. Justru mereka berperang dengan sengit agar bisa mati syahid dan mendapatkan surga:

”Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” [At Taubah:111]

Orang-orang kafir heran, ummat Islam bukannya berusaha menghindari mati, tapi justru berusaha mati di dalam peperangan. Sehingga mereka begitu fokus menyerang musuh dan sulit untuk dikalahkan.

[caption id="attachment_775" align="aligncenter" width="225" caption="Umat Islam Harus Bisa Menguasai Media Massa"]Umat Islam Harus Bisa Menguasai Media Massa[/caption]

Dalam Perang Mu’tah, 3.000 pasukan Muslim dengan sabar melawan 200.000 pasukan Romawi. Mereka tidak mundur ketakutan. Justru pasukan Romawi yang mundur ketakutan karena strategi Panglima Muslim, Khalid bin Walid. Ketika ada yang mengusulkan untuk minta bantuan pasukan kepada Nabi, Abdullah bin Rawahah (salah satu syuhada) berkata: ”Demi Allah apa yang tidak kalian sukai sebenarnya justru yang kita cari, yaitu mati syahid. Kita tidak berperang karena jumlah, kekuatan, dan banyaknya personil. Kita perang karena Islam yang dengannya Allah memuliakan kita. Maka berangkatlah karena di sana hanya ada 2 kebaikan: Menang atau Mati Syahid!” (Siroh Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman al Mubarakfury).

Zaid bin Harits, Ja’far bin Abu Thalib, Abdullah bin Rawahah mati syahid. Total hanya 12 pasukan Muslim yang mati syahid. Sementara jumlah tentara Romawi yang gugur lebih banyak lagi.

Ibnu ’Umar yang melihat jasad Ja’far mengatakan bahwa ada 70 luka karena tikaman dan sabetan di tubuh Ja’far. Semua di tubuh bagian depan.

Itulah kehebatan semangat Jihad yang dimiliki ummat Islam. Meski kalah jumlah dan menghadapi Superpower dunia saat itu, mereka tidak gentar dan menang.

Sesungguhnya Jihad adalah semangat yang membuat ummat Islam menjadi kuat dan sulit untuk dizalimi, dijajah, atau dikalahkan. Orang-orang kafir membenci ini dan berusaha menghapusnya dengan memasukkan berbagai ajaran/paham sehingga ummat Islam jauh dari jihad. Misalnya dengan tasawuf, ummat Islam diasyikkan dengan ”mujahadah” sehingga lebih asyik menyepi dan ”berzikir” ketimbang berjihad.

Padahal jihad adalah satu kewajiban:

”Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya..” [Al Hajj:78]

Jihad adalah pintu atau syarat untuk masuk surga:

”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” [Ali ’Imran:142]

”Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.” [Al Furqon:52]

Hanya orang yang munafik/tidak beriman yang tidak mau berperang dan berjihad:

”Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.” [At Taubah:44]

”Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah: “Api neraka jahannam itu lebih sangat panasnya” jika mereka mengetahui.” [At Taubah:81]

Sebab Kelima kemunduran Ummat Islam adalah karena tidak mandiri di bidang ekonomi. Saat ini secara ekonomi ummat Islam dikuasai oleh orang-orang kafir. Ummat Islam bukan sebagai produsen atau penghasil. Tapi hanya sebagai pembeli/pemakai. Jika orang-orang kafir mengembargo, maka ummat Islam akan kesulitan.

Sumber daya dan kekayaan alam negara-negara Islam saat ini dikuasai oleh orang-orang kafir. Minyak, gas, emas, tembaga, perak, boleh dikata dikelola oleh Multi National Company (MNC) dari negara-negara Barat yang perekonomiannya didominasi Yahudi bekerjasama dengan segelintir pemimpin Muslim yang korup.

Ummat Islam hanya mendapat persentase yang amat kecil. Akibatnya ummat Islam jadi miskin, sementara orang-orang kafir bertambah kaya. Ummat Islam sering kesulitan dana untuk membangun masjid, sekolah-sekolah Islam dan tidak mampu menyantuni fakir miskin dan anak Yatim. Banyak anak-anak miskin yang berkeliaran di jalan mencari makan.

Nabi Muhammad bukan hanya mengadakan boikot terhadap produk asing. Tapi bahkan melarang orang-orang kafir masuk ke kota Mekkah. Padahal saat itu perekonomian masih dikuasai oleh orang-orang kafir. Ketika sebagian orang Islam ada yang khawatir nanti bisa susah/miskin, Allah menghibur mereka:

”Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [At Taubah:28]

Justru dengan melarang orang-orang kafir masuk, ummat Islam malah mandiri di bidang ekonomi dan menjadi lebih makmur.

Sebagai contoh, jika minyak, gas, emas, tembaga, perak, dan sebagainya dikelola oleh ummat Islam sendiri, maka semua keuntungan masuk ke tangan ummat Islam. Bukan recehan kecil yang hanya nol sekian persen yang diberikan oleh orang-orang kafir tersebut.

Dengan begitu ummat Islam bisa makmur dan kuat. Kemiskinan bisa dikurangi.

Sebab Keenam kemunduran ummat Islam adalah ummat Islam tidak bisa menentukan prioritas (Tertib/urutan kepentingan) bersama yang harus dikerjakan bersama.

Sering ummat Islam mengerjakan hal-hal yang tidak penting dan tidak segera ketimbang hal yang sangat penting dan mendesak.

Padahal berbagai ajaran Islam seperti sholat, haji, wudlu, dan sebagainya merupakan pendidikan tentang mengerjakan sesuatu menurut urutan yang benar/tertib. Ummat Islam harus bisa menentukan mana pekerjaan yang harus diselesaikan lebih dulu, dan mana yang bisa dikerjakan kemudian.

Ummat Islam juga sering gagal menentukan musuh mana dulu yang harus dilawan sekarang dan yang mana bisa dilakukan kemudian. Sering ummat Islam perang sesama mereka sementara lawan yang harus diserang seperti Israel yang menjajah Palestina atau AS yang menjajah Iraq dan Afghanistan justru aman dari mulut dan tangan ummat Islam.

Sebagai contoh kita menyaksikan perang Iraq melawan Iran yang menewaskan 2 juta ummat Islam, kemudian Iraq melawan Kuwait dan Saudi yang juga menewaskan banyak korban. Di saat yang sama negara-negara yang berperang dan mengorbankan nyawa jutaan rakyatnya ini tidak ada satu pun yang menyerang Israel untuk membebaskan Masjidil Aqsha.

Nabi Muhammad dan para sahabat tidak pernah ribut apalagi perang dengan sesama. Bahkan ketika kelompok munafik Abdullah bin Ubay memecah-belah ummat Islam sehingga dari 1.000 pasukan Muslim, 300 membelot ke Abdullah bin Ubay, Nabi tidak memeranginya. Kata Nabi, jika aku membunuhnya, nanti orang akan berkata bahwa ummat Islam saling bunuh. Nabi juga menandatangani perjanjian damai dan kerjasama pertahanan dengan orang-orang Yahudi untuk menghadapi serangan kaum kafir Mekkah. Ketika kaum Yahudi berkhianat, baru Nabi memerangi mereka.

Jadi Nabi Muhammad SAW bertindak cerdas untuk menentukan lawan yang harus diserang dan mana yang diajak bekerjasama. Bukan memerangi seluruh dunia.

Sebab Ketujuh mundurnya ummat Islam adalah ummat Islam gagal menemukan hal yang bermanfaat.

Dari Abu Hurairoh ra, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)

”Gemarlah kepada hal-hal yang berguna bagimu” [Muslim]

Negara Barat maju karena banyak menemukan dan membuat hal yang berguna baik untuk orang lain mau pun diri mereka sendiri. Mereka membuat mobil dan kapal terbang sehingga orang bisa bepergian dengan cepat dan nyaman. Mereka membuat handphone dan telepon sehingga orang bisa berbicara dengan saudara dan temannya meski terpisah jauh sekali. Mereka membuat berbagai peralatan yang bermanfaat bagi kita semua seperti vacuum cleaner dan sebagainya.

Dengan menggemari hal yang bermanfaat, mereka memberikan manfaat bagi orang lain dan diri mereka sendiri.

Sebab kedelapan adalah ummat Islam tidak menguasai media massa. Akibatnya ketika Islam dicitrakan sebagai teroris dan hukum Islam dilecehkan, ummat Islam tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan tidak jarang ummat Islam diadu-domba dengan berbagai pemberitaan di media massa.

Memang ummat Islam punya media cetak dan radio meski pembacanya tidak sebanyak media yang dimiliki oleh kelompok non Muslim dan sekuler. Contohnya di Indonesia oplah majalah Islam hanya 100 ribu atau kurang dengan pembaca kurang dari 500 ribu orang. Kurang dari 0,3% dari total penduduk Indonesia.

Bahkan untuk TV Nasional yang dapat menjangkau 200 juta penduduk Indonesia, tidak ada TV yang dimiliki oleh ummat Islam. Semuanya dimiliki kelompok Non Muslim atau sekuler. Bahkan 2 di antara TV Nasional di Indonesia dikuasai oleh Konglomerat Media Yahudi: Rupert Murdoch.

Di dunia boleh dikata media massa dikuasai oleh Non Muslim. Media massa terkemuka seperti TV CNN, majalah Time, New York Time dikuasai oleh mereka. Begitu pula dengan Hollywood yang film-filmnya ditonton jutaan orang. Tak jarang di film tersebut selain dipropagandakan gaya hidup sex bebas juga ummat Islam digambarkan sebagai teroris.

Padahal media massa sangat penting untuk menyampaikan berita. Mukjizat terbesar Nabi Muhammad adalah Al Qur’an yang artinya ”Bacaan” atau informasi. Salah satu tugas utama Nabi adalah menyampaikan berita:

”Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” [Al Ahzab:47]

”Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan” [Al Baqarah:119]

”Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan” [Al Fath:8]

Tentu saja untuk menyampaikan berita itu kepada masyarakat luas diperlukan berbagai media. Nabi melakukannya dengan berpidato ke masyarakat luas, dakwah dari mulut ke mulut, menyampaikan utusan, dan juga mengirim surat.

Tak jarang banyak berita yang memojokkan ummat Islam dan justru membela aliran-aliran sesat. Ini karena media massa dikuasai kelompok yang tidak senang dengan Islam. Oleh karena itu ummat Islam harus menguasai media massa agar ummat Islam bisa mendapatkan berita dari sumber yang benar. Bukan berita dari orang-orang fasik yang memojokkan Islam:

”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [Al Hujuraat:6]

Tentu saja kekurangan dana menyebabkan ummat Islam tidak dapat menguasai media massa. Tapi dengan media massa juga ummat Islam sebetulnya bisa menggalang dana.

Untuk itu Islamic Broadcasting Forum (www.islamicbroadcasting.wordpress.com) dengan keterbatasan dana yang dimiliki berusaha mengembangkan TV Komunitas yang biayanya berkisar Rp 50-500 juta per TV agar dakwah Islam bisa lebih luas. Tentunya ini tidak akan berhasil jika tidak dilakukan secara berjama’ah oleh seluruh ummat Islam.

Seperti pidato Presiden SBY “SBY Ajak Rakyat Kembalikan Kejayaan Islam” saat memberikan kata sambutan pada peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, Kamis (30/6/2011).

Reference




Silahkan Download Artikelnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9




www.stisitelkom.ac.id www.di.stisitelkom.ac.id www.ktm.stisitelkom.ac.id

www.dkv.stisitelkom.ac.id www.dp.stisitelkom.ac.id www.srm.stisitelkom.ac.id

www.blog.stisitelkom.ac.id www.multimedia.stisitelkom.ac.id

www.elearning.stisitelkom.ac.id www.library.stisitelkom.ac.id

www.digilib.stisitelkom.ac.id www.mirror.stisitelkom.ac.id

www.sisfo.stisitelkom.ac.id www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

www.hilfans.wordpress.com www.hilfan-s.blogspot.com www.askaf.co.id

Senin, 23 April 2012

Fiqh Muamalah

Fiqh Muamalah

Memahami Fiqh Muamalah sebagai tata aturan Islam yang berkenan dengan hubungan antar
manusua yang ada didunia ini sangatlah penting. Sebab diera globalisasi saat ini interaksi antar
bangsa baik secara individual maupun publik senantiasa mendasarkan satu hubungan pada suatu
landasan hukum (legal basis) tertentu yang sangat dipengaruhi oleh sistem hukum tertentu. Lantas
apa yang bisa ditawarkan kepada publik tentang aturan Islam mengenai hubungan antar manusia?
Dengan memahami Fiqh Muamalahlah, kita sebagai umat Islam yang solutif dan alternatif dalam
tata hubungan antar manusia. Dengan begitu hukum Islam dapat menjadi salah satu pengarah dan
penggerak kehidupan manusia (rahmatan lil’alamin).

Kajian Fiqh Muamalah mencangkup kebendaan (muamalah madyah) dan tata kesopanan (muamalah adabiyah), seperti kedudukan harta, hak milik, jual beli, bungan bank dan riba, musyawarakah, ijarahmudayanah, koperasi,
asuransi etika bisnis dan lain-lain. Fiqh Muamalah ditengah munculnya kasus-kasus hukum baru, sangat
membantu para mahasiswa, peneliti akademisi, praktisi juga para pengambil kebijakan Islam
dalam memahami pijakan-pijakan hukum muamalah dalam islam.

 

www.stisitelkom.ac.id www.di.stisitelkom.ac.id www.ktm.stisitelkom.ac.id

www.dkv.stisitelkom.ac.id www.dp.stisitelkom.ac.id www.srm.stisitelkom.ac.id

www.blog.stisitelkom.ac.id www.multimedia.stisitelkom.ac.id

www.elearning.stisitelkom.ac.id www.library.stisitelkom.ac.id

www.digilib.stisitelkom.ac.id www.mirror.stisitelkom.ac.id

www.sisfo.stisitelkom.ac.id www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

www.hilfans.wordpress.com www.hilfan-s.blogspot.com www.askaf.co.id

Sabtu, 31 Maret 2012

Sholat Tasbih


Sholat Tasbih



(http://an-nashihah.comUstadz Luqman Jamal)


Sholat Tasbih Sholat Tasbih Sholat Tasbih Shalat Tasbih Shalat Tasbih Shalat Tasbih

 

Catatan Penting


Ada beberapa ulama yang melemahkan hadits shalat tasbih ini, akan tetapi, andaikata bukan karena kekhawatiran pembahasan ini menjadi lebih panjang, niscaya akan kami sebutkan perkataan-perkataan para ulama tersebut dan dalil-dalil mereka berikut dengan bantahan terhadap mereka. Wallâhul Musta’ân.

 

Kandungan Faidah Shalat Tasbih

  • ·         Tata Cara Shalat


Secara umum, shalat tasbih sama dengan tata cara shalat yang lain, hanya saja ada tambahan bacaan tasbih yaitu:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

Lafadz ini diucapkan sebanyak 75 kali pada tiap raka’at dengan perincian sebagai berikut.

  1. Sesudah membaca Al-Fatihah dan surah sebelum ruku sebanyak 15 kali,

  2. Ketika ruku’ sesudah membaca do’a ruku’ dibaca lagi sebanyak 10 kali,

  3. Ketika bangun dari ruku’ sesudah bacaan i’tidal dibaca 10 kali,

  4. Ketika sujud pertama sesudah membaca do’a sujud dibaca 10 kali,

  5. Ketika duduk diantara dua sujud sesudah membaca bacaan antara dua sujud dibaca 10 kali,

  6. Ketika sujud yang kedua sesudah membaca do’a sujud dibaca lagi sebanyak 10 kali,

  7. Ketika bangun dari sujud yang kedua sebelum bangkit (duduk istirahat) dibaca lagi sebanyak 10 kali.


Demikianlah rinciannya, bahwa shalat Tasbih dilakukan sebanyak 4 raka’at dengan sekali tasyahud, yaitu pada raka’at yang keempat lalu salam. Bisa juga dilakukan dengan cara dua raka’at-dua raka’at, di mana setiap dua raka’at membaca tasyahud kemudian salam. Wallâhu A’lam.

  • ·         Jumlah Raka’at


Semua riwayat menunjukkan 4 raka’at, dengan tasbih sebanyak 75 kali tiap raka’at, jadi keseluruhannya 300 kali tasbih.

  • ·         Waktu Shalat


Waktu shalat tasbih yang paling utama adalah sesudah tenggelamnya matahari, sebagaimana dalam riwayat ‘Abdullah bin Amr. Tetapi dalam riwayat Ikrimah yang mursal diterangkan bahwa boleh malam hari dan boleh siang hari. Wallâhu A’lam.

 
Catatan

Terdapat pilihan dalam shalat ini. Jika mampu, bisa dikerjakan tiap hari. Jika tidak mampu, bisa tiap pekan. Jika masih tidak mampu, bisa tiap bulan. Jika tetap tidak mampu, bisa tiap tahun atau hanya sekali seumur hidup.Karena itu, hendaklah kita memilih mana yang paling sesuai dengan kondisi kita masing-masing.

 
Kesimpulan

Hadits tentang shalat tasbih adalah hadits yang tsabit/sah dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, maka boleh diamalkan sesuai dengan tata cara yang telah disebutkan diatas.

 
Penutup

Untuk melengkapi pembahasan yang singkat ini, maka kami juga sertakan penyimpangan-penyimpangan (bid’ah–bid’ah) yang banyak terjadi sekitar pelaksanaan shalat tasbih, di antaranya:

  • Mengkhususkan pelaksanaannya pada malam Jum’at saja.

  • Dilakukan secara berjama’ah terus menerus.

  • Diiringi dengan bacaan-bacaan tertentu, baik sebelum maupun sesudah shalat.

  • Tidak mau shalat kecuali bersama imamnya, jamaahnya, atau tarekatnya.

  • Tidak mau shalat kecuali di masjid tertentu.

  • Keyakinan sebagian orang yang melakukannya bahwa rezekinya akan bertambah dengan shalat tasbih.

  • Membawa binatang-binatang tertentu untuk disembelih saat sebelum atau sesudah shalat tasbih, disertai dengan keyakinan-keyakinan tertentu.


Agar lebih jelas mengenai uraian bahwa hadits-hadits shalat tasbih adalah hadits yang shahih atau hasan, dan tidak ada keraguan akan hal tersebut. Silahkan simak daftar pustaka berikut ini. Wallâhu A’lam.

 

Ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang shalat tasbih;

 

References :


 

  • Hadits Pertama, Hadits Ibnu ‘Abbâs,


عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّاهْ أَلاَ أُعْطِيْكَ أَلاَ أُمْنِحُكَ أَلاَ أُحِبُّوْكَ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشْرَ خِصَالٍ إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ ذَلِكَ غَفَرَ اللهُ لَكَ ذَنْبَكَ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ قَدِيْمَهُ وَحَدِيْثَهُ خَطْأَهُ وَعَمْدَهُ صَغِيْرَهُ وَكَبِيْرَهُ سِرَّهُ وَعَلاَنِيَّتَهُ عَشَرَ خِصَالٍ أَنْ تُصَلِّيَ أَرْبَعَ رَكْعَاتٍ تَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وِسُوْرَةً فَإِذَا فَرَغْتَ مِنْ الْقُرْاءَةِ فِيْ أَوَّلِ رَكْعَةٍ وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ خَمْسَ عَشَرَةَ مَرَّةً ثُمَّ تَرْكَعُ فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ رَاكِعٌ عَشَرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوْعِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا ثُمَّ تّهْوِيْ سَاجِدًا فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ سَاجِدٌ عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُوْدِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُوْنَ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ تَفْعَلُ ذَلِكَ فِيْ أَرْبَعِ رَكْعَاتٍ إِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تُصَلِّيَهَا فِيْ كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِيْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً فَإِنْ لََمْ تَفْعَلْ فَفِيْ كُلِّ شَهْرٍ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُ فَفِيْ كُلِّ سَنَةِ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِيْ عُمْرِكَ مَرَّةً

“Dari Ibnu ‘Abbâs, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Abbâs bin ‘Abdul Muththalib, ‘Wahai ‘Abbas, wahai pamanku, maukah saya berikan padamu? maukah saya anugerahkan padamu? maukah saya berikan padamu? saya akan tunjukkan suatu perbuatan yang mengandung 10 keutamaan, yang jika kamu melakukannya maka diampuni dosamu, yaitu dari awalnya hingga akhirnya, yang lama maupun yang baru, yang tidak disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang nampak. Semuanya 10 macam. Kamu shalat 4 rakaat. Setiap rakaat kamu membaca Al-Fatihah dan satu surah. Jika telah selesai, maka bacalah Subhanallâhi wal hamdulillâhi wa lâ ilâha illallâh wallahu akbar sebelum ruku’ sebanyak 15 kali, kemudian kamu ruku’ lalu bacalah kalimat itu di dalamnya sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku’ baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud lagi dan baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud sebelum berdiri baca lagi sebanyak 10 kali, maka semuanya sebanyak 75 kali setiap rakaat. Lakukan yang demikian itu dalam empat rakaat. Lakukanlah setiap hari, kalau tidak mampu lakukan setiap pekan, kalau tidak mampu setiap bulan, kalau tidak mampu setiap tahun dan jika tidak mampu maka lakukanlah sekali dalam seumur hidupmu.’.”

 

Hadits ini mempunyai empat jalan:

Pertama , dari jalan Al-Hakam bin Abân, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbâs, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Al-‘Abbâs bin ‘Abdil Muththalib …, kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Dikeluarkan oleh Abu Dâud 2/29 no. 1297, Ibnu Mâjah 2/158-159 no. 1387, Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahîh -nya 2/223-224 no. 1216, Al-Hâkim 1/627-628 no. 1233-1234, Al-Baihaqy 3/51-52, Ath-Thabarâny 11/194-195 no. 11622, Ad-Dâraquthny sebagaimana dalam Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/37, Ibnu Al-Jauzy dalam Al-Maudhuât2/143-144, Al-Hasan bin ‘Ali Al-Ma’mari dalam kitab Al-Yaum Wal Laila , Al-Khalily dalamAl-Irsyâd 1/325 no. 58, dan Ibnu Syâhîn dalam At-Targhib Wa At-Tarhib sebagaimana dalam kitab Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/39.

Seluruhnya dari jalan ‘Abdurrahman bin Bisyr bin Al-Hakam Al-‘Abdi, dari Abi Syu’aib Musa bin ‘Abdul ‘Aziz Al-Qinbâry, dari Al-Hakam bin Abân …, dan seterusnya.

Berkata Az-Zarkasyi dalam Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/44, “Telah meriwayatkan dari Musa bin ‘Abdil ‘Aziz, Bisyr bin Al-Hakam serta anaknya, Abdurrahman, Ishâq bin Abi Isrâil, Zaid bin Mubârak Ash-Shan’âny dan selain mereka.” (dinukil dengan sedikit perubahan).

Saya berkata, “Riwayat Ishâq bin Abi Isrâil dikeluarkan oleh Al-Hâkim 1/628 no. 1234 dan Ibnu Syâhîn dalam At-Targhib Wa At-Tarhib sebagaimana dalam Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah2/39.”

 

Komentar Para Ulama Tentang Musa Bin ‘Abdil ‘Aziz

Berkata Ibnu Ma’in tentangnya, “Lâ Arâ bihi ba’san (dalam pandangan saya dia tidak apa-apa).” Berkata An-Nasâ`i, “Lâ ba’sa bihi (tidak mengapa dengannya).” Ibnu Hibbân menyebutkan dalam Ats-Tsiqât dan dia berkata, “Rubbamâ akhtha’ (kadang-kadang bersalah).” Berkata Ibnu Al-Madiny, “Dha’if (lemah).” Berkata As-Sulaimâny, “Mungkarul hadits (mungkar haditsnya).” Lihat At-Tahdzib Wat Tahdzib .

Imam Muslim bin Al-Hajjâj berkata, “Saya tidak melihat sanad hadits yang lebih baik dari hadits ini.” Diriwayatkan oleh Al-Khalily dalam Al-Irsyâd 1/327, Al Baihaqy, dan selain keduanya.

Yang nampak dari komentar para ulama di atas bahwasanya hadits beliau itu tidaklah turun dari derajat hasan. Karena itulah, kedudukan hadits ini adalah hasan. Wallâhu A’lam.

 

Catatan Penting

Terdapat riwayat dari jalan Muhammad bin Râfi’, dari Ibrâhim bin Al-Hakam bin Abân, bahwa dia berkata, “Menceritakan kepada saya ayahku, dari ‘Ikrimah, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda …,” kemudian dia menyebutkan haditsnya secara mursal (seorang tabiin meriwayatkan langsung dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam tetapi ia tidak mendengar dari beliau).

Riwayat ini dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahîh -nya 2/224, Al-Hâkim 1/628, Al-Baihaqy 3/53 dan dalam Syu’abul Îmân 125 no. 3080, serta Al-Baghawy dalam Syarh As-Sunnah 4/156-157 no. 1018.

 

Saya berkata, “Riwayat ini tidaklah membahayakan riwayat Musa bin ‘Abdil ‘Aziz karena komentar para ulama terhadap Ibrahim bin Hakam sangat keras, dan yang nampak bagi yang memperhatikan komentar para ulama tersebut bahwasanya dia adalah dha’if, tidak dipakai sebagai pendukung. Terlebih lagi telah terdapat riwayat-riwayat yang mungkar dalam riwayat bapaknya dari jalannya (Ibrâhim bin Al-Hakam).”

 

Berangkat dari sini kita bisa menarik kesimpulan, bahwa penyelisihan yang dilakukan oleh Ibrâhim bin Al-Hakam yang meriwayatkan secara mursal kemudian menyelisihi riwayat Musa bin ‘Abdil ‘Aziz yang meriwayatkan secara maushul (bersambung) tidaklah berpengaruh. Bersamaan dengan itu, Ibrâhim bin Al-Hakam telah guncang dalam riwayatnya, karena kadang-kadang dia meriwayatkan secara mursal, sebagaimana dalam riwayat Muhammad bin Râfi’ ini, dan kadang-kadang dia meriwayatkannya secaramaushul, sebagaimana dalam riwayat Ishâq bin Râhaway yang dikeluarkan oleh Hâkim 1/628 no. 1235 dan Baihaqy dalam Syu’abul Îmân 125-126 no. 3080.

Dari sini diketahui pula bahwasanya tidak perlu bagi Imam Al-Baihaqy, dalam Syu’abul Îmân 3/126, untuk berkata, “Yang benar adalah riwayat secara mursal,” karena perselisihan riwayat yang berasal dari Ibrâhim bin Al-Hakam ini menunjukkan keguncangan dalam riwayatnya, sehingga semakin jelas menunjukkan lemahnya orang ini. Demikian kaidah para ulama menanggapi rawi yang seperti ini, sebagaimana yang tersebut dalam Syarh ‘Ilal At-Tirmidzy oleh Ibnu Rajab dan yang lainnya. Wallâhu A’lam.

 

Kedua , dari jalan ‘Abdul Quddûs bin Habîb, dari Mujâhid, dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya …, kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Dikeluarkan oleh Ath-Thabarâny dalam Al-Ausath 3/14-15 no. 2318 dan Abu Nuaim dalam Al-Hilyah 1/25-26.

Berkata Al-Hâfidz Ibnu Hajar, “Abdul Quddûs sangat lemah dan dinyatakan berdusta oleh sebagian imam.” Baca Al-Futûhât Ar-Rabbâniyah 4/311 dan Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah2/40. Lihat pula Mizânul I’tidâl .

 

Ketiga , dari jalan Nâfi’ bin Hurmuz Abu Hurmuz, dari Atha’, dari Ibnu ‘Abbâs. Dikeluarkan oleh Ath-Thabarâny 11/130 no. 11365.

Berkata Al-Hâfidz sebagaimana dalam Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 1/39-40, “Rawi-rawinya terpercaya kecuali Abu Hurmuz. Dia matrûkul hadits (ditinggalkan haditsnya).” LihatMizânul I’tidâl .

 

Keempat , dari jalan Yahya bin ‘Uqbah bin Abi Al-‘Aizâr, dari Muhammad bin Jahâdah, dari Abi Al-Jauzâ`i, dari Ibnu ‘Abbâs.

Dikeluarkan oleh Ath-Thabarâny dalam Al-Ausath 3/187 no. 2879.

Berkata Al-Hâfidz, “Semua rawinya terpercaya kecuali Yahya bin ‘Uqbah. Dia matrûk(haditsnya ditinggalkan).”

Saya berkata, “Bahkan Ibnu Ma’in berkata (tentang Yahya bin ‘Uqbah), ‘Kadzdzâbun Khabîts (pendusta yang sangat hina).’.” Lihat Mizânul I’tidâl .

 

  • Hadits Kedua, Hadits Abu Râfi’, maula Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.


Dikeluarkan oleh Ibnu Mâjah 2/157-159 no. 1386, Tirmidzy 2/350-351 no. 482, Abu Bakar bin Abi Syaibah sebagaimana dalam Ajwibah Al-Hâfidz Ibnu Hajar ‘Alâ Ahâdits Al Mashâbîh 3/1781 dari Misykatul Mashâbih , Ad-Dâraquthny dalam Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/38, Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhu’ât 2/144, dan Abu Nu’aim dalam Qurbân Al-Muttaqîn sebagaimana dalam Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/41.

Seluruhnya dari jalan Zaid bin Al-Hibbân Al-‘Uqly, dari Musa bin ‘Abîdah, dari Sa’id bin Abi Sa’id maula Abu Bakr bin ‘Amr bin Hazm, dari Abu Râfi’, bahwa dia berkata, “Rasulullahshallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Al-‘Abbâs …,” kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Saya berkata, “Dalam sanadnya ada dua cacat:

•             Musa bin ‘Abîdah yaitu Ar-Rabâdzy Al-Madany. Yang nampak bagi saya, setelah membaca komentar para ulama tentangnya, bahwa ia adalah rawi yang dha’if yang bisa dipakai sebagai pendukung apalagi dalam hadits-hadits Ar-Riqâq.

•             Sa’id bin Abi Sa’id majhûlul hâl (tidak diketahui keadaannya).”

Maka hadits ini adalah syahid (pendukung) yang sangat kuat.

 

  • Hadits Ketiga, Hadits Al Anshâry.


Dikeluarkan oleh Abu Dâud 2/48 no. 1299 dan Al Baihaqy 2/52 dari Abu Taubah Ar-Rabî’ bin Nâfi’, dari Muhammad bin Muhâjir, dari Urwah bin Ruwaim, bahwa dia berkata, “Menceritakan kepada saya Al-Anshâry, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ja’far …,” kemudian dia menyebutkan hadits tersebut.

Saya berkata, “ Para ulama berbeda pendapat tentang siapa Al-Anshâry ini, tetapi menurut penilaian saya, tidak ada dalil yang benar yang menjelaskan siapa Al-Anshâry ini. Mungkin ia seorang shahabat dan mungkin juga bukan.” Wallâhu A’lam.

 

  • Hadits Keempat, Hadits Al-‘Abbâs bin ‘Abdul Muththalib.


Dikeluarkan oleh Ibnu Al-Jauzy dalam Al-Maudhu’at 2/143, dan Abu Nua’im, Ibnu Syahin dan Dâraquthny dalam Al-Afrâd sebagaimana dalam Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/40.

Seluruhnya dari jalan Musa bin A’yan, dari Abu Raja’, dari Shadaqah, dari ‘Urwah bin Ruwaim, dari Ibnu Ad-Dailamy, dari Al-‘Abbâs, bahwa dia berkata, “Bersabda Rasulullahshallallâhu ‘alaihi wa sallam …,” kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Berkata Al-Hâfidz tentang Shadaqah, “Dia adalah Ibnu ‘Abdillah yang dikenal dengan panggilan As-Samin. Dia lemah dari sisi hafalannya, akan tetapi dikatakan tsiqah(terpercaya) oleh banyak ulama, maka haditsnya bisa digunakan sebagai pendukung.”

Maka dari sini diketahui salahnya sangkaan Ibnul Jauzy yang mengatakan bahwa dia adalah Al-Khurâsâny.

Adapun Abu Raja’, dia adalah ‘Abdullah bin Muhriz Al-Jazary, dan kami tidak menemukan biografinya. Wallâhu A’lam.

Kemudian Ibnu Ad-Dailamy, dia adalah ‘Abdullah bin Fairuz, tsiqah (terpercaya), termasuk dari tabiin besar, bahkan sebagian ulama menggolongkannya sebagai shahabat.

Hadits ini mempunyai jalan lain, yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Ibrâhim bin Ahmad Al-Hirqy dalam Fawâ’id -nya. Akan tetapi, dalam sanad jalan tersebut ada Hammâd bin ‘Amr An-Nashîby yang para ulama menganggap dia sebagai kadzdzâb (pendusta). LihatAl-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/40.

 

  • Hadits Kelima, Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Âsh.


Dikeluarkan oleh Abu Dâud 2/48 no. 1298 dan Al-Baihaqy 3/52, dari jalan Mahdy bin Maimûn, dari ‘Amr bin Malik, dari Abu Al-Jauzâ`i, bahwa dia berkata, “Seorang laki-laki yang dia adalah shahabat, menurut mereka dia adalah ‘Abdullah bin ‘Amr, dia berkata, ‘Bersabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam …,’,” kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Berkata Abu Dâud, “Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Mustamir bin Rayyân dari Abu Al-Jauzâ`i, dari ‘Abdullah bin ‘Amr secara mauqûf (dari perkataan shahabat). Diriwayatkan pula oleh Rauh bin Al-Musayyab dan Ja’far bin Sulaimân dari ‘Amr bin Malik An-Nukri, dari Abu Al-Jauzâ`i, dari perkataannya. Dikatakan dalam hadits Rauh, bahwa ia berkata, “Hadits Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam (yakni secara marfû’-pen-).” Hal serupa dinyatakan pula oleh Imam Al-Baihaqy.

Berkata Ibnu Hajar, “Akan tetapi perselisihan terletak pada Abu Al-Jauzâ`i. Ada yang mengatakan hadits ini darinya dari Ibnu ‘Abbâs, ada yang mengatakan darinya dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dan adapula yang mengatakan dari dia dari Ibnu ‘Umar. Bersamaan dengan itu, ada perselisihan (dalam riwayatnya), apakah hadits ini marfû’ (sampai kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam) atau mauqûf (sampai kepada shahabat). Dalam riwayat secara marfû’ juga ada perselisihan tentang kepada siapa hadits ini dikatakan, apakah kepada Al-‘Abbâs, Ja’far, ‘Abdullah bin ‘Amr, atau Ibnu ‘Abbâs. Ini adalah idhthirâb (kegoncangan) yang sangat keras, dan Ad-Dâraquthny banyak mengeluarkan jalan-jalan hadits ini dengan uraian perselisihannya.”

 

Lihat Al-Futûhât Ar-Rabbâniyyah 4/314-315 dan Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/41.

Terdapat pula jalan lain yang dikeluarkan oleh Dâraquthny dari ‘Abdullah bin Sulaimân bin Al-Asy’ats, dari Mahmûd bin Khâlid, dari seorang tsiqah (terpercaya) dari ‘Umar bin ‘Abdul Wâhid, dari Tsaubân, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya secaramarfû’.

Saya berkata, “Mahmûd bin Khâlid tsiqah (terpercaya) demikian pula ‘Amr bin ’Abdul Wâhid, akan tetapi dalam sanadnya ada rawi mubham (tidak disebut namanya). Adapun Tsaubân, saya tidak mengetahui siapa dia.” Wallâhu A’lam.

 

Dikeluarkan pula oleh Ibnu Syâhin dari jalan yang lain, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwasanya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Al-‘Abbâs …, kemudian dia menyebutkan seperti hadits Ibnu ‘Abbâs. Akan tetapi hadits ini lemah. Lihat Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/41 dan Al-Futûhât Ar-Rabbâniyyah 4/314-315.

 

  • Hadits Keenam, Hadits Ja’far bin Abi Thâlib.


Hadits ini mempunyai dua jalan:

 

Pertama , dari jalan Dâud bin Qais, dari Ismâ’il bin Râfi’, dari Ja’far, bahwa ia berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, ‘Inginkah engkau saya berikan …’,” kemudian dia menyebutkan haditsnya. Dikeluarkan oleh Abdurrazzaq dalam Mushannaf -nya 3/123 no.5004.

Dikeluarkan pula oleh Sa’id bin Manshûr dalam As-Sunan dan Al-Khatib dalam Kitab Shalat At-Tasbih , Sebagaimana dalam Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/242 dari jalan yang lain, dari Abi Ma’syar Najîh bin Abdirrahman, dari Abu Râfi’ Ismail bin Râfi’, bahwa dia berkata, “Telah sampai kepada saya bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallambersabda kepada Ja’far bin Abi Thâlib ….”

Saya berkata, “Ismâil bin Râfi’ dha’if (lemah haditsnya) bisa digunakan sebagai penguat. Akan tetapi hadits ini mursal sebagaimana yang kamu lihat.”

 

Kedua , dari jalan ‘Abdul Malik bin Hârun bin ‘Antarah, dari bapaknya, dari kakeknya, dari ‘Ali bin Ja’far, bahwa dia berkata, “Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku …,” kemudian dia menyebutkan haditsnya. Dikeluarkan oleh Ad-Dâraquthny sebagaimana dalam Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/41-42.

Saya berkata, “Abdul Malik ini matrûk (ditinggalkan haditsnya), bahkan dianggap pendusta oleh sebagian ulama dan dituduh memalsukan hadits.” Baca Mizânul I’tidâl .

 

  • Hadits Ketujuh, Hadits Al Fadhl bin ‘Abbâs.


Dikeluarkan Abu Nu’aim dalam Qurbân Al-Muttaqîn dari riwayat Musa bin Ismâ’il, dari ‘Abdil Hamîd bin Abdurrahman Ath-Thâ`iy, dari bapaknya, dari Abu Râfi’, dari Al-Fadhl bin ‘Abbâs, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda …, kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Berkata Al-Hâfidz Ibnu Hajar, “Dan dalam sanadnya ada Abdul Hamid bin Abdirrahman Ath-Thâ`iy. Saya tidak mengenal dia dan saya tidak mengenal bapaknya, dan saya menduga bahwa Abu Râfi’ adalah guru Ath Thâ`iy, bukan Abu Râfi’ Ismâ’il bin Râfi’, salah seorang di antara orang yang lemah haditsnya”. Dari Al-Futûhât Ar-Rabbâniyyah 4/310.

 

  • Hadits Kedelapan, Hadits ‘Ali bin Abi Thâlib.


Dikeluarkan oleh Ad-Dâraquthny dari jalan ‘Umar, maula ‘Afarah, bahwa dia berkata, “Bersabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Ali bin Abi Thâlib, ‘Wahai ‘Ali, saya akan memberimu hadiah …’,” kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Berkata Al-Hâfidz Ibnu Hajar, “Dalam sanadnya terdapat kelemahan dan keterputusan.”

Saya berkata, “Sepertinya yang diinginkan oleh Al-Hâfidz Ibnu Hajar dengan kelemahan yaitu kelemahan pada ‘Umar, maula ‘Afarah, dan dia adalah ‘Umar bin ‘Abdillah Al-Madany, seorang yang dha’if (lemah haditsnya) , dan yang diinginkan dengan keterputusan adalah bahwa ‘Umar tidak pernah mendengar dari seorang shahabat pun.”

 

Hadits ini juga memiliki jalan yang lain yang dikeluarkan oleh Al-Wâhidy dalam Kitab Ad-Da’wât dari jalan Ibnu Al-Asy’ats, dari Musa bin Ja’far bin Ismâ ’il bin Mûsa bin Ja’far Ash Shâdiq, dari ayah-ayahnya secara berurut hingga sampai kepada ‘Ali.

Berkata Al Hâfidz Ibnu Hajar, “Sanad ini disebutkan oleh Abu ‘Ali dalam satu kitab yang dia susun dengan bab-bab yang semuanya dengan sanad ini, dan para ulama telah mengkritiknya (pengarangnya) dan mengkritik kitabnya.” Lihat Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah2/41.

 

  • Hadits Kesembilan, Hadits ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khaththâb.


Dikeluarkan oleh Al-Hâkim 1/629 no.1236, dan dia berkata, “Ini adalah sanad yang shahih. Tidak ada kotoran di atasnya.”

Hukum Al-Hâkim ini dikritik oleh Adz-Dzahaby dalam Talkhish -nya bahwa dalam sanadnya ada Ahmad bin Dâud bin ‘Abdul Ghaffâr Al-Harrâny, bahwa dia dinyatakan pendusta oleh Ad-Dâraquthny. Lihat Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah dan Mîzânul I’tidâl .

Al-Hâfidz Ibnu Hajar berkata dalam Ajwibah -nya, “Dan dikeluarkan oleh Muhammad bin Fudhail dalam kitab Ad-Du’â` dari jalan yang lain, dari Ibnu ‘Umar secara mauqûf.” LihatMisykâtul Mashâbîh 3/1781.

 

Saya berkata, “Saya tidak melihat riwayat tersebut dalam kitab Ad-Du’â` , akan tetapi riwayat tersebut dikeluarkan oleh Ad-Dâraquthny dari jalan Muhammad bin Fudhail, dari Abân bin Abi ‘Ayyâsy, dari Abu Al-Jauzâ`i, dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Abân bin Abi ‘Ayyâsymatrûkul hadits (ditinggalkan haditsnya) dan dia juga telah mudhtharib (goncang) dalam riwayatnya karena Ad-Dâraquthny juga meriwayatkan dari jalan Sufyân, dari Abân, dan dia berkata, “Dari ‘Abdullah bin ‘Amr.” Lihat Al-Futûhât Ar-Rabbâniyyah 4/306.

 

  • Hadits Kesepuluh, Hadits ‘Abdullah bin Ja’far.


Dikeluarkan oleh Ad-Dâraquthny sebagaimana dalam Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/42 dari dua jalan, dari ‘Abdullah bin Ziyâd bin Sam’ân, dan dia berkata pada salah satu jalannya dari Mu’âwiyah dan Ismâ’il bin ‘Abdullah bin Ja’far. Dia berkata pula pada jalan lain dari ‘Aun pengganti Ismâ’il (yang terdapat di jalan pertama), dari ayah mereka berdua (Mu’âwiyah dan Ismâ’il atau Mu’âwiyah dan ‘Aun), bahwa dia berkata, “Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Maukah engkau saya berikan …’,” kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Berkata Al-Hâfidz Ibnu Hajar “Ibnu Sam’ân adalah dha’if (lemah).”

Dia berkata dalam Taqrib At-Tahdzib , “Matrûk (ditinggalkan haditsnya) dan muttaham bilkadzib (tertuduh berdusta).”

Kegoncangan dalam sanad juga menambah lemah hadits ini. Wallâhu A’lam.

 

  • Hadits Kesebelas, Hadits Ummu Salamah Al-Anshâriyyah.


Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Qurbân Al-Muttaqîn dari Sa’îd bin Jubair, dari Ummu Salamah, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Al-‘Abbâs, “Wahai pamanku …,” Kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Berkata Al-Hâfidz Ibnu Hajar, “Hadits ini gharib (aneh), dan ‘Amr bin Jumaî’, salah seorang rawi hadits ini, adalah lemah, dan mendengarnya Sa’îd bin Jubair dari Ummu Salamah masih perlu dilihat (yaitu tidak mendengar).” Wallâhu A’lam.

 

Saya berkata, “Amr bin Jumaî’ disebutkan dalam Mizânul I’tidâl , dan dia matrûk(ditinggalkan haditsnya), bahkan dinyatakan berdusta oleh Ibnu Ma’în dan dicurigai memalsukan hadits.”

 

Para Ulama yang Menshahihkan Hadits Shalat Tasbih

 
Bibliography :


  1. Abu Dâud As-Sijistâny. Beliau berkata, “Tidak ada, dalam masalah shalat Tasbih, hadits yang lebih shahih dari hadits ini.”

  2. Ad-Dâraquthny. Beliau berkata, “Hadits yang paling shahih dalam masalah keutamaan Al-Qur`ân adalah (hadits tentang keutamaan) Qul Huwa Allâhu Ahad, dan yang paling shahih dalam masalah keutamaan shalat adalah hadits tentang shalat Tasbih.”

  3. Al-Âjurry.

  4. Ibnu Mandah.

  5. Al-Baihaqy.

  6. Ibnu As-Sakan.

  7. Abu Sa’ad As-Sam’âny.

  8. Abu Musa Al-Madiny.

  9. Abu Al-Hasan bin Al-Mufadhdhal Al-Maqdasy.

  10. Abu Muhammad ‘Abdurrahim Al-Mishry.

  11. Al-Mundziry dalam At-Targhib Wa At-Tarhib dan Mukhtashar Sunan Abu Dâud .

  12. Ibnush Shalâh. Beliau berkata, “Shalat Tasbih adalah sunnah, bukan bid’ah. Hadits-haditsnya dipakai beramal dengannya.”

  13. An-Nawawy dalam At-Tahdzîb Al - Asma` Wa Al-Lughât .

  14. Abu Manshur Ad Dailamy dalam Musnad Al-Firdaus .

  15. Shalâhuddin Al-‘Alâi. Beliau berkata, “Hadits shalat Tasbih shahih atau hasan, dan harus (tidak boleh dha’if).”

  16. Sirajuddîn Al-Bilqîny. Beliau berkata, “Hadits shalat tasbih shahih dan ia mempunyai jalan-jalan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lainnya, maka ia adalah sunnah dan sepantasnya diamalkan.”

  17. Az-Zarkasyi. Beliau berkata, “Hadits shalat Tasbih adalah shahih dan bukan dha’if apalagi maudhu’ (palsu).”

  18. As-Subki.

  19. Az-Zubaidy dalam Ithâf As-Sâdah Al-Muttaqîn 3/473.

  20. Ibnu Nâshiruddin Ad-Dimasqy.

  21. Al-Hâfidz Ibnu Hajar dalam Al-Khishâl Al-Mukaffirah Lidzdzunûb Al-Mutaqaddimah Wal Muta`Akhkhirah , Natâijul Afkâr Fî Amâlil Adzkâr dan Al-Ajwibah ‘Alâ Ahâdits Al-Mashâbîh .

  22. As-Suyûthy.

  23. Al-Laknawy.

  24. As-Sindy.

  25. Al-Mubârakfûry dalam Tuhfah Al-Ahwadzy .

  26. Al-‘Allamah Al-Muhaddits Ahmad Syâkir rahimahullâh.

  27. Al-‘Allamah Al-Muhaddits Nâshiruddîn Al-Albâny rahimahullâh dalam Shahîh Abi Dâud (hadits 1173-1174), Shahîh At-Tirmidzy , Shahîh At-Targhib (1/684-686) dan Tahqîq Al-Misykah (1/1328-1329).

  28. Al-‘Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin Hâdy Al-Wâdi’iy rahimahullâh dalam Ash-Shahîh Al-Musnad Mimmâ Laisa Fî Ash-Shahihain . Lihat Al-Alâ`i Al-Mashnû’ah 2/42-45, Al-Futûhât Ar-Rabbâniyyah 4/318-322, Al-Adzkârkarya Imam An-Nawawy dengan tahqiq Salim Al-Hilaly 1/481-482, dan Bughyah Al-Mutathawwi` hal. 98-99.


 

http://stisitelkom.ac.id

www.stisitelkom.ac.id www.di.stisitelkom.ac.id www.ktm.stisitelkom.ac.id

www.dkv.stisitelkom.ac.id www.dp.stisitelkom.ac.id www.srm.stisitelkom.ac.id

www.blog.stisitelkom.ac.id www.multimedia.stisitelkom.ac.id

www.elearning.stisitelkom.ac.id www.library.stisitelkom.ac.id

www.digilib.stisitelkom.ac.id www.mirror.stisitelkom.ac.id

www.sisfo.stisitelkom.ac.id www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

www.hilfans.wordpress.com www.hilfan-s.blogspot.com www.askaf.co.id

Kamis, 16 Februari 2012

Penciptaan Manusia

Penciptaan Manusia

“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (air mani) kemudian berbentuk segumpal darah dalam waktu yang sama... lalu menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh padanya dan diperintahkan dengan empat kalimat/perkara: ditentukan rizkinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau bahagianya.” (HR. Al-Bukhariy no.3208 dan Muslim no.2643 dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anh

 

 

http://www.stisitelkom.ac.id

http://hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

Ridzki Setelah Nikah

Ridzki Setelah Nikah





Ridzki adalah salah satu faktor yang paling banyak menjadi polemik, sebelum maupun setelah pernikahan. Faktor ridzki ini tak henti-hentinya menjadi pokok bahasan dalam, menjelang dan disaat kita mengarungi pernikahan. Waktu lamaran atau khitbah misalnya, kerap kali seorang pria ditanyai calon mertua dengan pertanyaan : sudah kerja atau belum ? kerja di mana ?, semata-mata karena kerja ada kaitannya dengan ridzki, dalam pengertian : ridzki material untuk menghidupi keluarga (suami, istri dan anak).

 

Mengenai jumlah material yang bakal didapat seseorang ketika dia telah menikahpun masih banyak perbedaan pendapat. Ada yang berkata : ridzki material seseorang yang menikah akan berkurang, mengingat jatah dirinya harus dibagi tiga- untuk diri, pasangan dan untuk anak-anaknya. Ada yang berkata : ridzki material seseorang yang menikah akan bertambah, mengingat ridzki dari diri, pasangan dan anak semuanya berkumpul dalam wadah yang bernama keluarga.

 

Pendapat kedua yang lebih optimistik ini berpangkal dari asumsi, masing-masing orang sudah dikaruniai ridzki dari Allah, sehingga ridzki itu berkumpul dalam suatu wadah, yaitu keluarga. Tambah optimis mereka yang memegang prinsip kedua ini, ketika pasangan suami-istri dikaruniai kelahiran seorang anak. Sudah ada ridzki suami, ridzki istri, ditambah lagi ridzkinya seorang anak. �Banyak anak banyak ridzki,� bisa berlaku pula teratas mereka yang percaya dengan prinsip yang disebut ke-2 ini.

 

Bila diminta memihak, maka penulis tentu akan berpihak pada pendapat ke-2, kendati secara logika pendapat pertama tidak sama sekali salah. Pendapat pertama bisa menjadi suatu kebenaran, dengan syarat : pencari nafkah tidak optimal dalam ikhtiar, sedang penerima nafkah tidak mampu mengalokasikan pendapatan secara hemat dan benar. Atau jangan-jangan, pihak yang bertanggungjawab mencari nafkah belum atau tidak mampu mencari nafkah, bagi pemenuhan kebutuhan dan stabilitas ekonomi keluarganya.

 

Optimisme yang mengemuka dalam pendapat pertama bisa juga menjadi buyar, ketika optimisme tidak didukung oleh maksimalisasi potensi ikhtiar, serta azas penghematan dalam pengelolaan anggaran keluarga. Pameo �banyak anak banyak ridzki� bisa tidak berlaku lagi, berganti dengan pameo : �banyak anak banyak beban.� Hemat penulis, fenomena inilah yang banyak terjadi di negara ini.

 

Dengan faktor penyebab yang ditengarai : pernikahan dini, entah karena �married by accident� atau dalih ingin lekas menunaikan perintah agama, tanpa mengukur kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi pasca pernikahan. Itulah sebabnya, untuk mencegah hal tersebut, Ibrahim Amini, seorang cendekiawan Islam meletakkan pekerjaan tetap atau stabil sebagai syarat bagi laki-laki, yang berniat menyunting seorang wanita.

 

KH Miftah Faridl, salah seorang ulama terkemuka Jawa Barat juga mendukung pendapat kedua, yang menganggap bahwa pernikahan adalah pembuka pintu ridzki. Membaca uraian beliau dalam buku 150 Masalah Nikah & Keluarga bisa diinsyafi bahwa, kalau seseorang menikah maka dia akan memperoleh ridzki untuk dirinya dan untuk teman hidupnya. Dengan menikah diharapkan, ridzki bertambah dengan salah satu sebab, penyaluran pembiayaan hidup yang lebih baik, dan pengelolaan pembiayaan hidup diatas azas penghematan.

 

Pendapat beliau menjawab pertanyaan penulis tentang : mengapa seorang kawan yang masih membujang dan bekerja di perusahaan mentereng, sering mengeluh kekurangan uang. Partner yang handal dalam mengelola ridzki tak pelak menjadi pertimbangan penting, yang harus dipikirkan seseorang ketika ia memilih pasangan hidup. Kurang-cukupnya ridzki dalam sebuah keluarga akhirnya tidak ditentukan oleh jumlah material, melainkan ditentukan oleh kehandalan dan kemampuan manajerial pasangan pernikahan dalam mengatur cash flow rumahtangga.

 

*Kolumnis artikel Islam. Tulisannya dimuat di Republika, Islam Online, Mutmainna dan majalah Hareetz (Qatar)



Ridzki Setelah Nikah

 

 

http://www.stisitelkom.ac.id

http://hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

Ramuan ajaib jadi kaya

Ramuan ajaib jadi kaya


Masukkan sejumput do’a disertai rencana kerja yang matang, tuangkan air pengetahuan, seduh di atas api motivasi yang membara, lalu aduk dengan kerja keras.

 

Pisahkan kotoran riya dan sombong dengan saringan ikhlas. Tuangkan ke dalam gelas qanaah yang dijamin tidak tumpah mubazir dan tidak bocor karena boros.

 

Minum pelan-pelan karena tak ada yang namanya kaya dengan instan. Bagikan ramuan ini kepada teman, karena ramuan ini baru bekerja jika diiringi dengan sedekah.

 

 

merisa: Ramuan ajaib jadi kaya

Ramuan ajaib jadi kaya

 

 

http://www.stisitelkom.ac.id

http://hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

Tabir Pernikahan

Tabir Pernikahan


Pernikahan akan menyingkap tabir rahasia bahwa suami/istri yang kita nikahi tidak seindah yang diimpikan.

 

 

Istrimu bukanlah semulia Khadijah, setakwa Aisyah, setabah Fatimah, secantik Zulaikha, justru istrimu adalah istri akhir zaman, yang akan melahirkan anak-anak yang shaleh/shalihah dari rahimnya...

 

 

Pernikahan akan menginsyafkan kita akan perlunya iman & taqwa karena memiliki suami tak searif Abu Bakar, seberani Umar bin Khottab, sekaya Usman bin Affan, segagah Ali bin Abu Thalib. Suamimu adalah suami akhir zaman yang insyaAllah akan membimbingmu menempuh jalan yang diridhoi ALLAH..

 

 

Namun senantiasalah berikhtiar, semoga ALLAH menjadikan kita suami/istri seperti mereka... Amin... InsyaALLAH.

Tabir Pernikahan

 

 

http://www.stisitelkom.ac.id

http://hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

Mengelola Qalbu Dari Qalbu Menuju Profesionalisme

Mengelola Qalbu: “Dari Qalbu Menuju Profesionalisme”





Turning Your Dreams into Reality

Narasumber: Reza M. Syarief, Syarif Muhtarom & B.S. Wibowo

 

Menggapai Cita-Cita

5 hambatan tidak bisa mencapai cita-cita, we call it FAMES, yaitu:

1. Fear of failures, takut menghadapi kegagalan

2. Against to the possibilities, takut mengambil resiko padahal resiko termasuk kemungkinan. Fight to be the best, ready for the worst

3. Mediocre, kelas 2, sedang-sedang saja, tidak ada keinginan mjd luar biasa

4. (leak of) Enthusiasm/Expression, antusiasme terhadap segala sesuatu kurang

5. Self defense to the change, tidak ingin berpindah dari zona nyaman, tidak menerima adanya perubahan.

 

Kelima hal di atas muaranya hanya satu • the big IF (Andai). Andai saya

punya uang, andai saya pintar, andai saya… dst…

 

Bila kita membayangkan diri kita sebuah Rocket yang ingin melesat tinggi

ke atas maka kita memerlukan Engine (mesin). Apa engine kita?

1. The wisdom of Abu Bakar (Kearifan)

2. The fighting of Umar bin Khattab (Semangat juang)

3. The wealth of Usman bin Affan (Kesejahteraan/Kekayaan)

4. The smart of Ali bin Abi Thalib (Kecerdasan)

 

 

Selain engine yang baik kita memerlukan Fuel (bahan bakar). Apa fuel kita?

Fuel kita adalah The Spirit of Rasulullah SAW, yakni warisan leadership

yang bisa kita tiru:

1. Shiddiq ¯ Moral Credibility }

2. Fathonah ¯ Intelectual Credibility }

3. Amanah ¯ Social Credibility } Karakter Dasar

4. Tabligh ¯ Operational Credibility } Seorang Leader

5. Hikmah ¯ Political Credibility }

 

Hadist: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta

pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.”

 

Manusia dan Kecerdasan

Tentu kita ingat target pembangunan yang dicanangkan pemerintah Indonesia, salah satunya adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya.

Tetapi dalam implementasinya yang dibangun hanya aspek INTELEKTUAL (IQ) dan FISIK (FQ) saja.

 

Di dalam konsep Islam kita tidak hanya mengenal itu, kita juga mengenal KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) dan KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) untuk memperoleh KEPRIBADIAN YANG PARIPURNA (UTUH) atau dalam Al-Quran dikenal dengan AL-INSANUL KAMIL. Hasil dari keempat kecerdasan itu adalah:

1. SQ ¯ KERJA IKHLAS }

2. EQ ¯ KERJA MAWAS } KERJA PRESTATIF

3. IQ ¯ KERJA CERDAS }

4. FQ ¯ KERJA KERAS }

 

Hadist: “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan diri dan

berorientasi untuk masa depan, terutama masa depan setelah kematian.”

 

Oleh karena itu gapailah cita-cita setinggi-tingginya. Ubah Tantangan (5C: Complexity, Condition, Coward, Change, unCertainty) menjadi Peluang (Opportunity).

 

Allahu Akbar!!

(ditulis dan disarikan oleh Satrio Wahyudi)

Ringkasan Kajian Rabu, Training MQ & Acara Life Excellence ANTEVE - PT. PJB

 

http://www.ocidbrass.com/2009/01/mengelola-qalbu-dari-qalbu-menuju.html



Mengelola Qalbu Dari Qalbu Menuju Profesionalisme

 

 

http://www.stisitelkom.ac.id

http://hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

Adakah Tuhan

Adakah Tuhan??


Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut merapikan brewoknya.

Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.

 

Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan,dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

 

Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.

“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.

 

“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, apa yang terjadi di jalanan itu menunjukkan bahwa Tuhan itu tidak ada?

Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, mengapa ada orang sakit??, mengapa ada anak terlantar?? Jika Tuhan ada, pastiah tidak akan ada orang sakit ataupun kesusahan.

 

Saya tidak dapat membayangkan bagaimana Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”

 

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.

 

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

 

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar mlungker-mlungker- istilah jawa-nya”, kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

 

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,” Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”

 

Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.

“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”

“Tidak!” elak si konsumen.

“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”,

 

Si konsumen menambahkan.

“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.

” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.

 

“Cocok!” kata si konsumen menyetujui.” Itulah point utama-nya!.

Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !, Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”

Adakah Tuhan

 

 

http://www.stisitelkom.ac.id

http://hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

Keindahan Akhlaq dan Sifat Rosulullah

Keindahan Akhlaq dan Sifat Rosulullah





Allah Swt Berfirman :

 

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S Al Ahzab : 21)

 

Adapun diantara keindahan Akhlaq dan Sifat Rosulullah adalah :

 

1) Rasul berdoa dengan penuh khusyuk (menangis berlinang air mata)

2) Wajahnya senantiasa ceria yang menyejukkan mata memandangnya

3) Sangat elok dan sempurna wajahnya

4) Rasul memilik perasaan yang halus

5) Suka makan beramai-ramai daripada sendiri

6)  Tidak menyukai kemegahan dan perhiasan yang cantik melambangkan kesombongan dan

kemegahan

7) Beliau makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang

8) Tidak pernah mengumpat , mencaci atau menghina orang lain

9) Rasul memelihara rambutnya dengan baik

10) Rasul memakai serban di atas kepalanya

11) Suka memberi kembali hadiah

12) Rasul mengucapkan salam kepada tuan rumah ketika hendak keluar atau masuk

13) rasul sangat lemah-lembut dengan isterinya dan setiap keluarganya

14) Senatiasa memberikan salam kepada siapa yang ditemuinya

15) rasul bersalaman dengan sahabatnya dan memeluk mereka ketika berjumpa

16) Ketika berjabat tangan ia tidak melepaskan tangannya sehingga orang

dijabatnya itu melepaskan tangannya

17) Apabila berjumpa dan berpisah dgn kumpulan kanak-kanak , baginda

mengangkat tangannya tanda hormat kepada mereka

18) Tidak menatap atau merenung wajah orang lain lama-lama

19) Tidak bangun dari sesuatu majelis makan sehingga tamu lain bangun

20) Tidak pernah menjulurkan kakinya di depan para sahabat

21) Rasul suka bercakap secara perlahan dan menyebut perkataan dengan jelas

22) Senantiasa menumpukan perhatian kepada orang yang berbicara dengannya

23) Tidak pernah ketawa terbahak-bahak tetapi hanya tersenyum lembut

24) Sangat fasih dan manis dalam tutur bicara

25) Tersangat sabar dan tabah bila menghadapi setiap cobaan dan kesusahan

26) Mengasihi terhadap umatnya

27) Tidak pernah mengambil rezeki karunia Allah melebihi keperluan makan

minumnya

28) Rezeki yang melebihi keperluan akan ditaburkan untuk jihad Fisabilillah

29) Sentiasa membantu orang lain walaupun ia sendiri dalam kesusahan

30) Tidak pernah menghina orang miskin dan tidak merasa terhina bergaul dengan

mereka

31) Suka menziarahi orang sakit

32) Amat pemurah hingga digambarkan seperti angin lalu pemurahnya

33) Rasul tidak suka tidur di bilik gelap dan di bawah bumbung yang terbuka dan

tidak beratap

34) Tangannya tidak pernah menyentuh kulit wanita lain

35) Bersikap tegas , pemaaf dan pengasih dalam perjuangan

36) Beliau mengambil wudhu’ sebelum tidur dan berzikir hingga khusuk

37) Sangat menghormati orang-orang tua dan mengasihi orang-orang muda dan

kanak-kanak

 

Semoga bemanfaat untuk kita jadikan suri tauladan.

 

 

Hasil berkaca diri sendiri:

 

1. Belum bisa seperti itu

2. Muka gw kebanyakan BTnya

3. Yang ini mmmmm.... paling cuma bini gw aja yang bilang sempurna

4. Wah kalau saya meledak ledak

5. Yang ini OK

6. Yang ini OK

7. Yang ini OK

8. Saya masih suka mengumpat orang lain, apalagi kalau lagi nyetir...

9. Yang ini OK

10. Saya tidak memakai sorban, panas bo´

11. Kalau lagi ada kelebihan duit suka juga membelikan hadiah walaupun tidak ada even spesial

12. Yang ini OK

13. Nah saya masih suka gogorowokan sama istri dan keluarga

14. Yang ini paling sama yang dikenal, itupun cuma basa basi... ¨kamana euy..¨

15. Yang ini paling sama sahabat yang sudah lama tidak jumpa

16. Nah kalau saya suka melepaskan terlebih dahulu, asa aneh salaman lama tuh

17. Kalau saya cuma bercanda dan main tatarucingan

18. Saya suka menatap orang dan meledek kekurangannya

19. Yang ini OK

20. Yang ini OK

21. Saya suka kecepetan kalau ngomong

22. Yang ini OK

23. Wah kalau saya bisa ngakak sampai sakit perut dan nangis

24. Suka pagujud ngga jelas

25. Suka marah-marah dan menggerutu

26. Kalau sama tukang parkir dan pengamen suka jutek

27. Selalu mengambil lebih buat bayar hutang, beli mobil dan rumah

28. Yang ini OK

29. Yang ini OK

30. Yang ini OK

31. Yang ini OK, tapi suka kelupaan juga karena kesibukan

32. Masih suka itungan untung ruginya

33. Yang ini OK

34. Masih doyan colek colek dan salaman ama bukan muhrim

35. Baru bisa 1/3 nya

36. Kadang-kadang saja

38. Suka marahin orang tua yang nyetirnya sembarangan dan suka menerobos antrian, suka bermuka masam sama anak muda yang ugal-ugalan, dan suka ngadegungkeun sirah budak leutik

 

buset dah gw baru bisa menjalankan 13 point dari 38, belum sampai 50% acan....



Keindahan Akhlaq dan Sifat Rosulullah

Bila Jodoh Tak Kunjung Tiba

Bila Jodoh Tak Kunjung Tiba





Sebagai orang beriman, salah satu hal yang harus kita yakini bahwa hanya Allah swt yang menentukan jodoh kita. Bahwa kita dilahirkan bersamaan dengan ketetapan jodoh yang terbaik menurut Allah swt. Di dalam doa-doa kita, khususnya bagi yang belum menikah, selalu terungkap doa agar Allah swt menyegerakan jodoh di dunia yang fana ini. Lalu bagaimana jika jodoh tak kunjung tiba? Padahal hampir setiap saat, kita selalu memintanya kepada Allah swt, Sang Maha Kaya dan Pencipta segala sesuatu. Tapi mengapa jodoh tetap tak kunjung datang?

 

Kalau sudah begini, jangan pernah sekalipun terlintas dalam pikiran kita, untuk berprasangka buruk kepada Allah swt. Na’udzubillah min dzaalik. Justru, kita harus instropeksi pada diri sendiri. Sudahkah kita melakukan ikhtiar untuk menjemput jodoh yang sesuai dengan cara-cara Rasulullah saw? Berikut beberapa nasehat tentang jodoh yang tak kunjung tiba dari Ust. Ihsan Hakim

 

 

1. Niat yang Baik

Niat yang baik maksudnya jika hendak melakukan sesuatu, tidak cukup hanya sekedar niat. Tetapi harus diikuti dengan langkah-langkah atau perbuatan yang akan mewujudkan niat tersebut. Jadi, kalau memang kita ingin menjemput jodoh, maka lakukanlah perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan hal itu. Salah satunya, mencari ilmu tentang jodoh atau misalnya menabung untuk biaya pernikahan.

 

2. Mengubah Pemahaman

Selama ini ikhwan memiliki hasrat untuk menjemput jodoh. Bagaimana kalau jodoh yang mencari ikhwan? Begitu juga dengan akhwat, yang memiliki kecenderungan menunggu jodoh. Ternyata tidak ada salahnya kalau akhwat berinisiatif menjemput jodoh. Ikhwan yang ingin jodoh menjemput dirinya, maka harus melakukan perbaikan diri, seperti meningkatkan keilmuan dan keshalihan. Begitu juga dengan akhwat yang ingin menjemput jodoh. Salah satunya adalah menabung. Karena jaman sekarang tidak hanya ikhwan yang wajib menanggung beban biaya pernikahan. Tapi akhwat juga punya tanggung jawab. Kita tahu bagaimana, Siti Khadijah yang tertarik lebih dulu kepada Muhammad. Waktu itu beliau belum mendapat tugas kerasulan. Tapi karena keluhuran akhlaknya, maka Khadijah pun ingin menjadikan Muhammad sebagai suaminya. Soal biaya, jelas Khadijah mampu karena dia seorang janda yang kaya raya. Kondisi sekarang, ikhwan banyak yang sudah siap secara fisik dan keilmuan, tapi dana belum mencukupi. Karena itu tidak ada salahnya kalau akhwat juga menabung dan turut menanggung biaya pernikahan.

 

3. Meminta bantuan orangtua, keluarga atau orang lain.

Selama ini orangtua selalu menanyakan kapan kita akan menikah. Sekarang kita balik dengan meminta orangtua untuk mencarikan jodoh buat kita. Bisa juga meminta bantuan saudara, atau teman. Tentunya mereka yang dimintai bantuan sudah paham dengan kriteria jodoh yang kita inginkan. Atau, kita membantu orang lain untuk menjemput jodoh. Karena ada hadits yang menyatakan, muslim yang baik adalah yang bermanfaat bagi muslim lainnya. Insya Allah dengan banyak membantu orang lain untuk menjemput jodohnya, maka Allah swt akan menyegerakan bertemu dengan jodoh kita.

 

4. Berdoa

Kalau selama ini kita sering berdoa untuk kebaikan diri sendiri, maka cobalah untuk mendoakan orang lain. Doakan orang lain agar dimudahkan untuk menjemput jodohnya. Karena jika seseorang mendoakan orang lain, yang orang tersebut tidak mengetahui kalau dirinya didoakan, maka para malaikat akan mendoakan hal yang sama untuk orang yang mendoakan.

 

5. Tawakal

Serahkan segalanya kepada Allah swt. Tawakal itu harus berkhusnuzhon kepada Allah swt. Ada dua kehendak Allah yang harus kita yakini. Kehendak qauniyah dan syar’i. Pada dasarnya, Allah swt menghendaki kita menikah. Karena menikah merupakan perbuatan baik. Tidak mungkin Allah menjerumuskan kita kepada hal-hal yang tidak baik. Tapi kehendak qauniyah kita sendiri membuat kita malas, tidak membuka diri, ada yang datang tapi kita menolak. Inilah kehendak qauniyah kita.

Ketika kita sudah sangat berhati-hati menaiki atap rumah namun akhirnya terjatuh juga, maka ini adalah kehendak syar’i Allah swt. Tapi ketika kita tidak berhati-hati lalu terjatuh, ini adalah kehendak qauniyah.

Kaitannya dengan menikah, kita sudah meniatkan untuk itu dan merasa sudah tawakal kepada Allah swt. Tapi ternyata, kita lebih sering tidak khusnuzhon kepada Allah swt. Padahal Allah swt selalu menginginkan segala kebaikan kepada kita. Hanya kita tidak menyikapi kebaikan Allah swt itu dengan baik.

 

6. Amalan

Puasa sunnah. Tapi jangan niat puasa sunnah untuk menjemput jodoh. Tetap niatkan untuk beribadah kepada Alah.

Sholat tahajjud dan banyak berdoa kepada Allah swt. Dibolehkan menyebutkan amalan-amalan yang sudah dilakukan dalam doa kita. Misal, Ya Allah semoga amal puasa yang sudah hamba lakukan, dapat menyegerakan jodoh yang terbaik menurut Engkau. Banyak Istighfar. Banyak berinfaq. Dan jangan pernah berputus asa. “Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila Dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa". (Qs. al-Israa:83)

Karena berputus asa akan membuat kita terputus dari rahmat Allah swt. Putus asa sering dipicu karena kita memiliki sedikit saja prasangka buruk kepada Allah swt. Misalnya, seorang akhwat sudah merasa Allah swt menjadikan dia perawan tua, karena hingga usia yang sudah cukup matang, jodoh masih tak kunjung tiba. Maka Allah pun menjadikannya seperti itu. Namun jika dia optimis, Allah swt pasti akan menolongnya.

 

Jadi intinya bagaimana kita menyikapi jodoh yang tak kunjung tiba adalah jangan pernah sedikit pun kita berprasangka buruk kepada Allah swt. Dalam hadits qudsi Allah swt berfirman, “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku”. (Baca juga: Jodoh oh Jodoh)

 

<ustadz ihsan="" hakim=""></ustadz>

 

http://dtjakarta.or.id/artikel-islami/156-bila-jodoh-tak-kunjung-tiba



Bila Jodoh Tak Kunjung Tiba