Tampilkan postingan dengan label Entrepreneurship. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Entrepreneurship. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Desember 2012

JavaScript: Writing Into HTML Output

<!DOCTYPE html>
<html>
<body>

<p>

<script>
document.write("<h1>STISI Telkom</h1>");
document.write("<p>Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia Telkom.</p>");
</script>

<p>
<strong>STISI Telkom</strong> merupakan salah satu perguruan tinggi pelopor khusus di bidang Seni Rupa dan Desain, dengan program studi terlengkap.
</p>

</body>
</html>

Jumat, 23 November 2012

Mengenai Madoff dan Ponzi


Madoff mengatakan bisnis dia adalah sebuah skema Ponzi, dan seluruh media utama dunia melaporkan sesuai dengan apa yang dia katakan. Orang-orang mulai sibuk menjelaskan apa itu skema Ponzi, tetapi tak seorang pun memaparkan secara detail bagaimana bisa bisnis Madoff adalah skema Ponzi.

Tentu saja tidak bisa, katakan Madoff sendiri tidak menjelaskannya.

Saya tidak ingin berspekulasi tentang hal ini. Tetapi satu hal yang perlu Anda ketahui, hanya beberapa hari setelah kasus ini muncul di berita, seorang hakim di Amerika mengatakan bahwa karena Madoff menyelenggarakan sebuah bisnis "penipuan", maka para "korban" sepantasnya berhak mendapatkan kompensasi!

Berikut beberapa perusahaan yang menjadi "korban" Madoff:
- HSBC
- BNP Paribas
- Nomura
- AXA
- Royal Bank of Scotland
- Fortis
- Swiss Life Holding
- UBS
- Jewish Community Foundation
- etc

**List Korban Madoff
Come on... Lihat baik-baik list di atas. Kita bukan sedang membicarakan ibu-ibu rumah tangga yang kehilangan uang di reksa dana atau bursa saham, perusahaan-perusahaan itu adalah institusi finansial paling profesional di dunia, dan juga organisasi yang dikelola oleh manusia paling licik dan kejam di dunia (Yahudi Talmudik), bagaimana bisa orang-orang percaya mereka adalah "korban?"


Pernahkah Anda meminjam uang ke bank? Dalam dunia riil, meminjam uang tidak sesederhana yang Anda bayangkan. Setiap perusahaan finansial memiliki divisi credit risk department, semua investasi perusahaan itu harus melewati departemen ini. Semakin besar nominal investasi, semakin banyak study & due diligence yang harus dilakukan, dan semakin tinggi posisi orang yang harus menyetujui penanaman uang itu.

Customer Madoff menanam masing-masing ratusan juta dolar dan beberapa ada yang menginvestasikan beberapa miliar dolar kepadanya. Mana mungkin mereka tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Madoff. Apakah Anda benar-benar percaya Madoff mengatakan kepada mereka, "Berikan saja uang kalian kepadaku, jangan tanya apa yang saya lakukan, yang penting setiap tahun saya akan memberikan Anda return 13,5%" dan customer dia setuju begitu saja?

Huh..

Kalau sampai ada bailout kepada mereka, strategi ini jangan-jangan bisa menjalar ke seluruh dunia. Cukup tunjuk satu orang sebagai kambing hitam, maka kerugian uang yang diderita para bankir dan yayasan zionis di pasar finansial bisa dinombok oleh pembayar pajak di masing-masing negara. Luar biasa...!!

Anyway, bagi Anda yang masih tertarik dengan skema Ponzi, berikut adalah sedikit informasi yang bisa saya sharing kepada Anda.

(Terima kasih kepada seorang teman saya yang masih menyimpan file-file lama buku PPB, bila tidak saya tidak bisa memposting file ini lagi)

Buku : Berbohong & Menjadi Kaya
Bab 3 : Skema Ponzi, Piramid Game, dan Kawan-Kawan

Sepintas Tentang Mr. Ponzi
Carlo Ponzi lahir di Italia dan pindah ke New York pada tahun 1893. Saat itu usianya 15 tahun, dan dia suka mencari berbagai jalan singkat menuju kekayaan. Dia pernah masuk penjara di Kanada (karena penipuan surat berantai dan penggunaan cek palsu) dan juga di Atlanta (untuk skema imigrasi ilegal). Akhirnya Ponzi pindah ke Boston tahun 1919.



Berpindah kerja dari satu tempat ke tempat lainnya di kota Boston, pria berbadan kecil ini (tingginya sekitar 156 cm, walaupun sering tidak memiliki pekerjaan, namun selalu mengenakan pakaian yang elegan) bertekad mengubah realita hidupnya. Dia sering begadang membayangkan berbagai cara untuk menjadi kaya dengan cepat.

Boston bukanlah tempat yang sesuai untuk menjadi orang miskin. Kota itu penuh dengan orang kaya dengan gaya hidup yang mewah, hal ini membuat Ponzi muda frustrasi dan sangat kecewa. Dia terus memeras otak untuk memikirkan bagaimana caranya dia akan mendapatkan sebagian dari kemakmuran yang berlimpah di kota barunya. Selama waktu itu, Ponzi juga tidak lupa untuk selalu menyurati keluarga dan saudaranya yang mungkin sedang khawatir padanya, mengingat masa itu adalah masa perang dunia pertama.

Surat-surat yang dia tulis ini kemudian memberikan Ponzi sebuah gagasan yang di kemudian hari dia ilustrasikan sebagai sebuah “gagasan hebat.” Ponzi sendiri mungkin tidak menyangka, skema yang dia ciptakan ini pada akhirnya menjadi bentuk lain dari sistem spekulasi mata uang modern.

Di awal 1900-an, seseorang dapat menyertakan sebuah kupon di dalam surat untuk menghemat biaya koresponden untuk membeli perangko. Sebuah organisasi yang dinamakan International Postal Union mengeluarkan kupon yang dapat diperdagangkan di sejumlah negara tertentu untuk mendapatkan perangko setempat.

Ponzi menemukan bahwa kupon-kupon yang dibeli di negara yang ekonominya lemah dapat dijual dengan sejumlah keuntungan di Amerika Serikat. Dia memutuskan untuk menggunakan sedikit uang yang dengan susah payah dia tabung untuk mencoba “gagasan hebat” ini. Sayangnya, dalam waktu singkat dia menemukan bahwa ada berbagai hal lainnya di skema ini yang membuat impiannya tidak bisa berhasil. Terutama adalah bahwa mayoritas keuntungan pada akhirnya ternyata kembali ke organisasi postal.

Namun, walaupun gagasan hebat dia tidak berhasil, hal yang lain muncul. Setiap kali dia membicarakan skema ini dengan orang lain, mereka tampaknya percaya dan tertarik untuk mendengar lebih lanjut. Teman-teman dan keluarga mereka akan selalu bertanya padanya, tanpa curiga, bagaimana rencana ini harus dilakukan. Orang-orang sangat tertarik dengan investasi ini, walaupun Ponzi sudah tahu skema itu sebenarnya tidak berhasil.

Jadi, di akhir tahun 1919, Ponzi mengambil keputusan yang akan membuat namanya tercatat di sejarah sebagai salah satu icon paling terkenal di dunia penipuan. Dia berhenti membeli kupon perangko internasional dan berurusan dengan birokrasi tak berujung. Mulai saat itu dia fokus untuk melakukan hal yang lebih menguntungkan, yaitu mencari investor.

Pada Desember 1919, Ponzi mulai menggunakan nama baru, “Charles” Ponzi. Dengan modal $150, dia mulai meminjam uang dengan memberikan nota-nota pengembalian di masa mendatang. Dia mulai mengundang teman-teman dan saudara mereka untuk ikut di program yang dia sebut sebagai “Rencana Ponzi.”

Ponzi mengklaim bahwa dia bisa menghasilkan keuntungan 100% dalam beberapa bulan. Masalahnya adalah dia kekurangan modal untuk mengeksploitasi kelemahan sistem postal internasional. Karena masih ada ruang untuk pertumbuhan, dia tidak keberatan untuk berbagi keuntungan dengan investor.

Ponzi melakukan presentasinya secara berhasil. Dia memberi contoh bahwa sebuah kupun yang dia beli di Spanyol dengan harga satu sen dapat ditukar dengan nilai ekuivalen enam sen di Amerika. Keuntungannya adalah lima kali lipat! Nada bicaranya begitu meyakinkan sehingga banyak orang mempercayainya.

Apapun juga yang dia katakan, dia berhasil. Beberapa orang, termasuk teman dekat dan saudara mereka, memutuskan untuk berjudi dengannya, dan Ponzi berhasil mengumpulkan $1.250 dari mereka. 90 hari kemudian, Ponzi memberikan bunga kepada mereka sebesar $750. Investor yang terkagum-kagum padanya menceritakan kisah ini kepada lebih banyak orang. Dalam waktu singkat, kantor Ponzi penuh dengan orang-orang serakah yang ingin menginvestasikan uang mereka kepadanya.

Dengan perjanjian tertulis bahwa dia akan membayar $150 dalam waktu 90 hari untuk setiap $100 yang dia terima, Ponzi berhasil meyakinkan ribuan orang yang akhirnya memberikan jutaan dolar kepadanya (termasuk ¾ anggota kepolisian Boston). Dia juga kadang-kadang menenangkan kebimbangan investornya dengan melunasi pembayarannya dalam waktu 45 hari. Dalam delapan bulan, dia mengumpulkan $9 juta, yang mana kewajibannya adalah $14 juta. Dia membayar agennya komisi sebesar 10%. Termasuk 50% bunga pinjaman kepada investor, bunga yang harus dia bayar sebenarnya adalah 60%.

Tetapi metode finansial gaya Ponzi tidak berdasarkan keuntungan riil dalam berbisnis. Dia menggunakan uang investor baru untuk membayar uang investor lama yang jatuh tempo. Walaupun penuh dengan uang tunai, sebenarnya Ponzi tidaklah menghasilkan uang apapun. Dalam suatu proses pengadilan di kemudian hari, terbukti bahwa sebenarnya Ponzi berada dalam kondisi yang sangat kepepet, semakin besar bisnisnya, semakin besar masalahnya. Dia sama sekali tidak melakukan investasi apapun, semua uang yang sedang dia pegang adalah uang orang-orang yang berhasil ditipunya.

Suatu saat, Ponzi mendapatkan $200 ribu dalam sehari, dengan dividen 50% dalam 90 hari. Akhirnya, dia menaikkan janjinya dengan memberikan 100% bunga dalam tiga bulan. Para investor pun antri menyerahkan uang kepadanya.

Ponzi adalah seorang genius dalam memanipulasi orang. Sebagai contoh: bila seorang investor mau mengambil uang mereka yang jatuh tempo, mereka harus berjalan melewati kantor mereka untuk sampai ke counter yang antriannya sangat panjang karena cuma ada dua atau tiga counter yang buka.

Setelah uang ada di tangan, para investor ini berjalan keluar dengan menghadapi belasan counter investasi yang antriannya pendek. Mayoritas kemudian tergoda untuk menginvestasikan lagi uang mereka. Sangat sedikit orang yang berjalan keluar dari kantor Ponzi dengan uang di tangan.

Di puncak masa likuiditasnya, Ponzi menjadi seorang maniak shopping. Dia menghabiskan waktunya untuk membeli baju baru, jam emas, berlian untuk istrinya, sebuah mobil limosin, dan juga villa 20 kamar di Lexington, pinggir kota Boston. Seperti yang juga dilakukan para penipu yang mengikuti jejaknya, Ponzi menghabiskan sejumlah besar waktunya untuk membelanjakan uangnya.

Di awal bulan Juli 1920, Ponzi mendapatkan omset $1 juta per minggu. Pada suatu hari, Ponzi membawa sebuah tas berisi uang tunai $3 juta menuju Hanover Trust Co., dan membeli sejumlah saham di bank tersebut. Sayang kesuksesan dia tidak berlangsung lama.

Karena setiap hari ada ratusan orang antri di kantornya untuk menyetor dan mengambil uang, seorang editor harian Boston Post meminta pendapat dari sejumlah ahli keuangan dan mereka menyimpulkan bahwa, walaupun memang ada kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan ribuan dolar dari pertukaran kupon perangko, namun “gagasan hebat” Ponzi tidak mungkin sanggup melayani permintaan yang sedemikian besar dengan perdagangan sebesar jutaan dolar.

Tidak lama kemudian, para reporter yang skeptis meminta wawancara dengannya. Karena khawatir akan image-nya, Ponzi menyewa seorang public relation bernama William McMasters untuk menangani publisitasnya. Ini ternyata adalah langkah bumerang baginya. McMasters menghabiskan beberapa hari di kantor Ponzi, dan menemukan bahwa operasi ini adalah sebuah penipuan dan langsung menuju Kejaksaan. “Orang ini adalah seorang idiot finansial,” kata McMasters. “Dia bahkan tidak bisa berhitung…. Dia duduk dengan mengangkat kedua kakinya di meja dan menghisap cerutu lewat pipa emasnya sambil berguman tentang kupon perangko.”

Ponzi dipanggil untuk menghadap pengadilan di Boston. Para penggemar etnik Italianya bersorak mendukung saat Ponzi melewati jalan, namun para auditor dan polisi yang menggeledah kantornya tidak berhasil menemukan apapun, selain catatan nama-nama dan nomor telepon. Karyawannya, saat ditanya, mereka tidak tahu bagaimana sebenarnya bos mereka mendapatkan profit usaha.

Sebulan kemudian, khawatir akan runtuhnya skema “gagasan hebat”nya, Ponzi membawa $2 juta uang tunai menuju Saratoga Springs. Dia berharap memiliki nasib yang baik di casino tersebut. Dia tidak berhasil, dia kehilangan semuanya.

Pada Agustus 1920, harian Boston Globe menulis sebuah ekspos terhadap skema Ponzi. Nyaris terjadi kerusuhan, ribuan investor yang ketakutan menyerbu kantor Ponzi dan meminta uang mereka kembali. Itu seperti rush terhadap sebuah bank. Pengadilan kemudian menjelaskan secara detail:

Pada tanggal 19 Juli, rekening Ponzi di Hanover Trust adalah $334.000. Pada tanggal 24 Juli adalah sebesar $871.000. Namun, minggu berikutnya terjadi penarikan: $572.000 pada 26 Juli, $228.000 pada 27 Juli, dan $905.000 pada 28 Juli, total melebihi $1.765.000. Walaupun demikian, rekeningnya masih menunjukkan surplus, karena Ponzi menyetor uang tambahan yang dia ambil dari bank lain. Skema ini akhirnya berakhir karena penarikan sebesar $331.000 pada tanggal 9 Agustus. Ponzi bangkrut.

Di puncak skemanya, Ponzi hanya memiliki kupon perangko senilai $30, dengan uang investor sebesar $10 juta dari sekitar 20.000 investor di Boston dan New York.

Dalam masa 10 bulan itu, Ponzi merasakan suka duka tertinggi dari kehidupannya. Kebanyakan investor yang percaya padanya kehilangan seluruh uang mereka. Ponzi akhirnya ditangkap agen Federal dan menjalani hukuman penjara selama empat tahun di penjara Massachusetts.

Setelah keluar dari penjara, Ponzi kembali mengasah bakatnya. Dia melakukan berbagai aksi penipuan di Florida. Akhirnya, dia dideportasi kembali ke Italia. Dalam wawancaranya yang terakhir bersama sebuah harian berita, Ponzi mengatakan bahwa dia tidak menyesal namun berharap dunia memaafkannya.

Yang kemudian terjadi lebih cocok dibilang “melupakannya.” Di awal 1930-an, pimpinan Italia Benito Mussolini secara ceroboh mengira pria bernama Ponzi ini adalah seorang genius perbankan. Ponzi diangkat sebagai pejabat tinggi di pemerintahan Italia. Tidak lama kemudian, para pengikutnya menemukan bahwa pimpinan mereka bahkan tidak bisa berhitung. Ponzi mengetahui bahwa dia segera akan diekspos, dia segera mengepak beberapa tas berisi uang tunai dan berlayar menuju Amerika Selatan.

Namun, ternyata Ponzi melakukan hal yang sama di sana. Ketika Ponzi meninggal di Brazil beberapa tahun setelah itu di salah satu rumah sakit, dia sedang dalam pengawasan polisi.


Mengenali Skema Ponzi:

Skema Ponzi terjadi ketika kita melihat dua kegiatan tersebut:

1. Perancang program menggunakan uang dari investor sendiri untuk membayar bunga “investasi” mereka, sambil menyakinkan mereka untuk tetap mempertahankan dana investasi mereka.
2. Perancang program mencari investor baru dan menggunakan uang mereka untuk membayar kepada investor lama.

Semakin besar bunga yang dijanjikan, semakin besar kebutuhan perancang program untuk menemukan partisipan baru. Semakin cepat masa jatuh tempo yang dijanjikan, semakin cepat perancang program harus menemukan investor baru.

Skema permainan Ponzi tidak mungkin bertahan terlalu lama karena keterbatasan jumlah partisipan di wilayah geografis manapun. Skema ini dapat berumur lebih panjang jika perancang program sanggup membangun sumber pendapatan baru di wilayah lain setelah partisipan di suatu wilayah sudah mencapai tingkat maksimal.

Namun, pada akhirnya, pada suatu ketika semua skema Ponzi pasti akan runtuh. Pertanyaannya hanya satu: Kapan?

Berikut adalah sebuah ilustrasi bagaimana skema Ponzi bekerja di zaman sekarang:

Contoh #25:

Anda mengaku sebagai seorang pengusaha peternakan ayam. Anda membuat perhitungan bisnis peternakan ayam dan menemukan bahwa untuk setiap juta rupiah yang diinvestasikan, Anda bisa mendapatkan keuntungan 400% dalam setahun. Setelah itu, Anda mulai mengundang orang-orang untuk mendengarkan presentasi Anda. Anda menawarkan kepada mereka bunga 25% setiap 3 bulan atas dana investasi mereka.

Ketika orang mulai menginvestasikan uang mereka, Anda secara aktif masih terus mencari investor baru. Saat masa 3 bulan sampai, Anda menggunakan uang investor sendiri untuk membayar mereka. Proses ini dilanjutkan selama yang Anda bisa sampai Anda tidak sanggup membayar para investor lagi.

Di contoh di atas, perancang program tidak memiliki niat untuk mengembangkan peternakan ayam sejak awal. Namun skema Ponzi tidak selalu seperti itu. Kadang-kadang, perancang program bisa jadi benar-benar melaksanakan rencana bisnis yang dia buat. Namun, di tengah jalan, bisnisnya gagal dan dia menemukan bahwa keuntungan dengan mengembangkan skema Ponzi ternyata lebih menguntungkan dibanding dengan rencana bisnis awalnya. Akhirnya, dia berpindah haluan dan fokus pada pencarian investor baru dan mengabaikan rencana bisnis awalnya.


Pyramid Game

Perbedaan utama antara skema Ponzi dengan permainan piramida adalah usaha para partisipan/investor. Pada skema Ponzi, para investor adalah bersikap pasif, mereka tinggal menunggu masa jatuh tempo dan mengambil uang mereka. Sedangkan pada permainan piramida, para partisipan harus secara aktif mencari partisipan baru. Para peserta memang sejak awal menyadari apa yang mereka lakukan, mereka memang sadar bahwa keselamatan modal dan keuntungan yang mereka terima adalah tergantung hasil perekrutan mereka.

Pada permainan piramida, para peserta mula-mula harus membayar biaya tertentu untuk bisa bergabung dengan sistem bisnis itu untuk mencari rekrutan baru dan mendapatkan komisi/bonus dari perusahaan.

Contoh #26:

Sebuah perusahaan, sebut saja PT. Rimba Finance Indonesia, menawarkan peluang “bisnis” seperti ini: Anda disuruh membayar Rp75.000 untuk bergabung dengan mereka. Rp25.000 adalah joining fee, sisa Rp50.000 dibayar kepada lima orang yang merupakan upline Anda, dan masing-masing upline mendapatkan Rp10.000. Setelah membayar uang itu, Anda berhak menjadi anggota perusahaan mereka dan mulai mencari partisipan baru. Para partisipan baru juga akan menyetor Rp75.000 dan Anda sebagai perekrut, upline dari mereka, akan mendapatkan Rp10.000.

Setiap orang boleh merekrut maksimal 5 orang dalam satu level. Karena total ada 5 upline yang akan mendapatkan bayaran, berarti total pembayaran adalah sebesar 5 level. Total pembayaran yang bisa Anda terima secara matematis adalah sebagai berikut:

Level 1 : 5 partisipan : bonus Rp 50.000,-
Level 2 : 25 partisipan : bonus Rp 250.000,-
Level 3 : 125 partisipan : bonus Rp 1.250.000,-
Level 4 : 625 partisipan : bonus Rp 6.250.000,-
Level 5 : 3125 partisipan : bonus Rp 31.250.000,-

Total bonus komulatif matematis adalah:
Rp 39.050.000,-

Ini tampaknya sebuah bisnis yang “masuk akal” dan yang pasti, sangat bonafit, bagi kebanyakan orang. Bayangkan saja, dengan modal Rp75.000, seseorang bisa mendapatkan manfaat maksimal sebesar 39 juta, artinya lebih dari 52.000%. Bisnis atau tabungan deposito jangka pendek mana yang bisa menandingi angka ini?

Sesungguhnya, perusahaan seperti ini beberapa di antaranya menyebut mereka sebagai PT. X, artinya di Indonesia mereka adalah badan hukum yang legal. Saya tidak tahu apakah PT. yang melekat pada nama perusahaan seperti itu adalah jujur atau tidak, yang jelas saya memang pernah melihat brosur iklan dari PT-PT seperti itu.

Pada mayoritas permainan piramida, biaya untuk bergabung biasanya masih terjangkau kebanyakan orang. Para partisipan sejak awal memang sudah menyadari bahwa mereka sedang melakukan usaha piramida. Mereka tidak takut rugi, karena bagi mereka kegiatan itu hanyalah sebuah taruhan judi biasa, kalaupun rugi, kerugiannya masih bisa diterima dan tidak memberatkan.

Semua permainan piramida pada akhirnya akan berkembang seperti skema Ponzi untuk bisa bertahan lebih lama. Mereka harus mengeks-pansikan wilayah “bisnis” mereka ke wilayah geografis lain untuk melanjutkan sumber dana untuk membayar para partisipan sebelumnya.

Karena keterbatasan jumlah populasi dan reputasi piramida yang buruk, permainan atau “bisnis” piramida biasanya tidak bisa berkembang terlalu besar dan berjalan dalam waktu yang lama. Biasanya dalam beberapa bulan, masa ekspansi mereka sudah akan berakhir. Para partisipan yang bergabung belakangan akan kehilangan uang mereka. Jumlah mereka adalah mayoritas, cukup sering adalah lebih dari 90% karena sistem bagi hasil piramida memang mengharuskan demikian.


MLM / Network Marketing,
Orang Kaya Membangun “Jaringan”

Menurut salah satu “guru” finansial yang sangat populer beberapa tahun terakhir ini: “Orang kaya membangun jaringan, orang miskin dan kelas menengah sibuk mencari pekerjaan.”

Salah satu sistem bisnis yang dipuji setinggi langit oleh “guru” tersebut adalah bisnis Multi Level Marketing (MLM) alias Network Marketing. Katanya, MLM adalah salah satu cara untuk membangun jaringan dan menjadi kaya sambil menolong orang lain. Anehnya, “guru” tersebut tidak bergabung dengan MLM manapun, yang dia lakukan adalah menulis buku untuk memuji MLM dan menjualnya kepada jutaan partisipan MLM. Pada saat dia memuji “jaringan” versi MLM, dia sendiri membangun jaringan versi yang lain, model jaringan bisnis yang lebih konvensional.

Sebenarnya “guru” tersebut tidak berbohong ketika dia mengatakan bahwa MLM akan membuat orang menjadi kaya. Masalahnya adalah kalimat yang barusan sebenarnya belum selesai, permasalahan penting yang harus Anda pikirkan adalah: Kaya bagi siapa? Kaya bagi berapa persen partisipan yang bergabung?

Perusahaan MLM menganggap para distributor mereka sebagai pelaku bisnis independen, orang-orang yang membeli hak distribusi produk bisnis mereka. Sederhananya, bos MLM sedang menjual bisnis kepada para distributor.

Kalau Anda pernah membeli saham, Anda tentunya tahu perusahaan yang hendak go public diharuskan untuk memberikan paparan publik yang akurat tentang bisnis dan data-data keuangan perusahaan. Walaupun kita tahu yang namanya “akurat” versi korporat tidak selalu demikian, namun setidaknya mereka sudah mencoba dan melaksanakan prosedur formal untuk menjual bisnis mereka.

Contoh lain, seorang pedagang yang hendak menjual toko dan bisnisnya, tentunya calon pembeli berhak meminta informasi tentang penjualan toko dan catatan keuangan toko tersebut.

Bila Anda menghadiri “business opportunity” versi MLM, ketika perusahaan itu mencoba menjual hak “bisnis” kepada Anda, data apa yang sebenarnya Anda dapatkan? Apakah mereka akan memberitahu kepada Anda: Siapa mendapatkan berapa? Berapa banyak orang mendapatkan berapa banyak uang? Berapa persen partisipan yang mendapatkan keuntungan? Berapa persen partisipan yang tidak mendapatkan keuntungan?

Beberapa tahun yang lalu, saat saya menjadi partisipan dari suatu program MLM, bila saya mencoba mengajak teman saya untuk ikut MLM dan mereka tidak tertarik, saya benar-benar berpikir demikian dalam hati saya:

 Mereka tidak punya visi.
 Mereka tidak punya impian.
 Mereka butuh motivasi.
 Mereka belum sadar.
 Mereka harus menghadiri seminar “business opportunity” kami.
 Mereka benar-benar kasihan.

Saya tidak menyangka, beberapa tahun setelah itu, saya sendiri akan menjadi anggota masyarakat yang anti-MLM.

Dalam seminar MLM, umumnya kita akan dijelaskan tentang siapa mereka (profil perusahaan), “business plan” mereka (cara bagi hasil/bonus), diikuti dengan berbagai testimonial dan kisah kesuksesan. Di seminar-seminar turunannya, mereka menyelenggarakan seminar motivasi yang intinya adalah berpikir positif, bertindak positif, dan program NLP lainnya.

Bila mengikuti seminar mereka secara rutin, partisipan akan menjadi sangat bersemangat dan sekaligus menjadi “buta.” Mereka tidak lagi bisa melihat gambaran yang akurat tentang apa yang sedang mereka lakukan. Para partisipan menjadi lupa untuk berpikir berapa sebenarnya harga wajar dan manfaat dari produk yang mereka jual, mereka tidak lagi bisa melihat bahwa walaupun pemilik dan sejumlah upline mereka menikmati hidup yang berlimpah, namun peluang matematis mayoritas peserta untuk mencapai level itu adalah mendekati nihil.

Mereka tidak ingat lagi walaupun mereka sedang menjual untuk perusahaan tersebut, semua biaya penjualan dan marketing adalah tanggung jawab mereka sendiri. Dan mereka juga tidak lagi sadar bahwa pembagian hasil/bonus MLM adalah permasalahan sistem kompensasi matematika, bukan berdasarkan seberapa positif/termoti-vasinya mereka. Bila rancangan skema bagi hasil mengharuskan bahwa hanya 1% partisipan yang akan untung dan 99% lainnya rugi, angka ini tidak bisa berubah walaupun 100% partisipan aktif membeli buku, kaset, dan vcd motivasi secara teratur.

Tidak ada yang salah dengan seminar motivasi, sesungguhnya secara pribadi saya sangat salut dengan industri MLM. Mereka bersedia mendidik para partisipannya secara mandiri dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Masalahnya adalah: Apakah karena kita menggunakan ilmu pengembangan diri positif dalam bekerja, lantas semua yang kita kerjakan otomatis juga menjadi benar?

Bagaimana kalau kita mengajarkan seorang calo obat bius ilmu berpikir positif? Kita mengajari dia untuk bangun lebih pagi, lebih ramah mencari pelanggan, bekerja lebih giat, berpikir lebih optimis, dan akhirnya berhasil menjual lebih banyak. Apakah lantas pekerjaannya menjadi positif?

Tunggu dulu! Jangan salah paham. Saya tidak mengatakan kegiatan MLM adalah salah atau ilegal. Saya tidak berkata demikian. Sampai di sini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa seminar motivasi dan pikiran positif yang diberikan MLM tidak berhubungan dengan positif tidaknya model bisnis mereka. Itu adalah 2 hal yang berbeda. Seminar pikiran positif adalah seminar pikiran positif. MLM adalah MLM. Mereka tidak sama. Bukan karena MLM menyelenggarakan seminar pikiran positif, lantas mereka juga pasti positif.

Saran saya, hadiri saja seminar motivasi MLM, tetapi lebih baik gunakan pelajaran yang didapat untuk melakukan pekerjaan kita sehari-hari. Kalau Anda adalah pedagang, gunakan pelajaran yang didapat untuk menjual lebih banyak. Kalau Anda seorang profesional, gunakan pelajaran yang didapat untuk bekerja lebih cerdas dan efektif. Kalau Anda seorang salesman, gunakan pelajaran yang didapat untuk menutup lebih banyak transaksi.

Angka-angka bicara lebih keras dibanding kata-kata. Berikut adalah data keuangan salah satu MLM top di Amerika yang disajikan dalam bentuk penerimaan per 10.000 distributor.

Komposisi bagi hasil seperti di atas adalah tidak berbeda jauh antara MLM yang satu dengan yang lainnya. Tentu saja, karena sistem bagi hasil antar MLM tidak persis sama, maka angka yang akan terlihat di MLM lain juga akan berbeda. Namun, tetap saja perbedaannya tidak terlalu besar.

Mayoritas partisipan MLM ditakdirkan secara matematis untuk rugi (setelah biaya pembelian dan marketing diperhitungkan). Pola bagi hasil terhadap 10.000 partisipan di atas akan tetap tampak dengan pola yang sama sekalipun mereka semua membaca buku pikiran positif yang sama, mendengarkan kaset pikiran positif yang sama, dan menonton vcd presentasi pikiran positif yang sama. Keberhasilan di sistem bisnis mereka juga sangat tergantung pada posisi dan timing seorang partisipan di bagan perusahaan, bukan hanya permasalahan motivasi dan pikiran positif.

Apa sebenarnya MLM???

Menurut pendapat pribadi saya, perbedaan antara MLM dengan permainan piramida adalah MLM menjual produk tertentu, sedangkan permainan piramida hanya melibatkan perputaran uang para partisipan tanpa produk.

Skema mereka secara garis besar identik, tujuan dan hasil akhir juga demikian. MLM bisa dikategorikan sebagai usaha yang legal adalah berkat adanya produk sah yang mereka jual. Saya akui sejumlah perusahaan MLM memang menjual produk dengan kualitas yang sangat baik, namun saya tetap percaya mayoritas partisipan MLM manapun tidak bergabung dengan mereka karena manfaat produk yang mereka jual, melainkan karena mereka mempercayai janji-janji pendapatan amat besar yang mereka dengar di pertemuan “business opportunity” MLM tersebut.

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa MLM bersalah atau ilegal, sesungguhnya saya tidak peduli dengan sistem bagi hasil ekstrim yang terjadi pada sistem bisnis mereka. Sama seperti permainan piramida, di mana sebagaian kecil partisipan mendapatkan keuntungan lewat kerugian masif yang dialami mayoritas peserta, bagi saya itu hanyalah masalah kesepakatan. Seandainya seorang partisipan mengetahui secara jelas apa yang sedang dia lakukan, mengetahui secara jelas peluang menang-kalahnya sejak awal dan tetap sepakat untuk bergabung, ya silakan saja, itu kan hak masing-masing.

Perbedaan ekstrim pendapatan antar orang dalam suatu organisasi di mata saya adalah realita hidup, sekadar memprotes tidaklah ada artinya. Negara kapitalis manapun mengalami masalah ini. Kalau MLM dinyatakan bersalah karena masalah ini, tentunya banyak jenis usaha lainnya yang akan segera menyusul.

Yang penting di mata saya mengenai industri MLM adalah transparansi dan kejujuran mereka. Bila mereka bersedia memberikan data yang akurat kepada distributor dan calon distributor mereka sejak awal tentang peluang menang-kalah di sistem bisnis mereka, bila mereka bersedia memaparkan secara transparan laporan pembayaran riil mereka kepada semua level distributornya, saya tidak akan mengkritik mereka lagi.

Sebagai contoh, di Amerika Serikat, salah satu perusahaan MLM paling terkenal diperintahkan oleh FTC (Federal Trade Commission) untuk menuliskan label berikut di semua produk mereka: “54% dari distributor kami tidak men-dapatkan keuntungan dan sisanya mendapatkan rata-rata $65 per bulan.” Sayangnya, perusahaan ini tidak diharuskan untuk melakukan hal yang sama di perusahaan cabangnya di negara lain, termasuk Indonesia.

Perbedaan MLM Dengan Perusahaan Direct-Selling

Sering kali kita mendengar dari pelaku MLM bahwa mereka adalah perusahaan direct-selling, namun hal itu lebih sering daripada tidak, adalah tidak benar. Perusahaan direct-selling (penjualan langsung) menitikberatkan usaha mereka untuk menjual produk ke konsumen non-distributor. Mayoritas pendapatan mereka adalah lewat penjualan retail. Pada kebanyakan MLM, perhatian utama mereka bukan meretailkan produk ke konsumen non-distributor, melainkan mencari dan membangun jaringan downline lewat aksi perekrutan demi komisi/bonus.





 

Mengenai Madoff dan Ponzi

Menguak Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Global Warming






sigit Sabtu, 15 Mei 2010











Menguak Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Global Warming



Global Warming yang sejauh ini telah memberikan dampak signifikan terhadap bencana ekologis dunia, secara fundamental disebabkan oleh ideologi kapitalis-sekuleris yang saat ini mendasari kebijakan nasional dan internasional. Ideologi kapitalis-sekularis Menganggap permasalahan ekonomi adalah kurangnya produk barang dan jasa relatif terhadap kebutuhan manusia, sehingga solusinya adalah dengan meningkatkan produksi semaksimal mungkin. Untuk meningkatkan aktivitas produks, setiap individu diberi kebebasan dalam beraktivitas ekonomi, membebaskan setiap individu untuk memiliki apa saja, dan negara tidak perlu campur tangan dalam aktivitas ekonomi, melainkan cukup melahirkan regulasi saja. Berdasarkan konsep tersebut, adalah hal yang wajar ketika kemunculan ideologi ini dibarengi dengan revolusi industri. Yang pada akhirnya mendorong emisi CO2 secara tak terkendali sehingga terjadilah global warming. (Fisikawan UGM dan Aktivis Hizbut Tahrir).

Sebagai mahasiswa tentunya kita akan selalau mengedepankan jiwa intelektual kita setiap kali melakukan tindakan apapun. Terkait mengenai global warming kita tidak akan menafikan atas hal tersebut sebagai kondisi realitas bangsa Indonesia waktu-waktu 1 dekade ini kita dapat merasakan dampak yang sangat tersasa.
Global warming adalah korban peradaban modern. Kehidupan modern yang sarat akan penggunaan teknologi, menyerap pemanfaatan bahan-bahan alami untuk meghasilkan berbagai produk dan menuntut besarnya penggunaan bahan bakar untuk menunjang aktivitas produksi tersebut. Ketika pemanfaatan bahan-bahan alami dan penggunaan bahan bakar yang juga bersumber dari alam ini kemudian dieksploitasi secara tak terkendali serta mengabaikan proses pembaruannya, maka akan menyebabkan krisis ekologis dan energi. Terbukti kontributor terbesar global warming adalah negara-negara modern, yaitu negara-negara yang menguasai teknologi dan industri diantaranya Amerika (36,1%), Rusia (17,4%), Jepang (8,%), Jerman (7,4%), Inggris (4,2%), Kanada (3,3%), Italia (3,1%), Polandia (3%), Prancis (2,7%), dan Australia (2,1%).
Amerika dan Eropa dengan populasi penduduk 21,4% dunia, menghabiskan 59,1% bahan bakar dunia. Ironisnya, Indonesia sebagai salah satu negara penghasil bahan energi dan produksi terbesar, tidak pernah menikmati kekayaannya, justru menanggung dampaknya.
Pemerintah kita menagnggapi global warming yang dipimpin oleh SBY dalam pertemuan G-20 di Pittsburgh beberapa waktu lalu menyatakan akan menurunkan emisi Indonesia sebesar 26 persen menjadi 41 persen pada tahun 2020 dengan dukungan internasional. Menurutnya, upaya penurunan emisi dapat dilakukan dengan cara melindungi hutan alam yang masih tersisa serta merestorasi lahan gambut yang masih ada. Saat ini, hutan alam yang masih tersisa di Indonesia sekitar 70 juta hektar. Adapun untuk lahan gambutnya, tercatat masih ada sekitar 2,7 juta hektar.


Adapun langkas strategis untuk menaggulangi global warming pemerintah membrigdown dalam beberapa lembaga pemerintahan seperti BMKG dan deputi bidang SDA dan lingkungan hidup seperti termaktub dibawah ini :

  1. Berperan aktif di tingkat internasional dimaksudkan bahwa BMKG sebagai wakil Pemerintah Republik Indonesia wajib membawa nama Bangsa dan Negara di kancah internasional dalam bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dangeofisika.(Visi BMKG)

  2. Dalam menghadapi pemanasan global, Indonesia bertekad untuk memberikan kontribusi positif dengan melakukan voluntary actions, walaupun Indonesia tidak termasuk dalam negara yang wajib menurunkan emisi gas rumah kaca.

  3. Dengan mengambil kebikjakan.



No Jangka panjang Jangka Menengah

  1. Membangkitkan wawasan dan budaya bahari Meningkatkan industri kelautan yang meliputi perhubungan laut,

  2. Meningkatkan dan menguatkan peranan SDM di bidang kelautan Menetapkan wilayah NKRI, asesaset dan hal industri maritim, perikanan, wisata bahari, energi dan mineral dikembangkan secara sinergi, aset hal-hal terkait di dalamnya optimal berkelanjutan

  3. Melakukan upaya pengamanan wilayah kedaulatan yuridiksi dan aset NKRI dan Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan, khususnya bioenergi, panas bumi, tenaga air, tenaga angin, dan tenaga surya untuk kelistrikan

  4. Mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal dan berkelanutan Pelaksanaan pembangunan Meningkatkan kesejahteraan sebagai gerakan yang didukung oleh semua sektor

  5. Mengurangi dampak bencana kelautan pesisir dan pencemaran laut Perencanaan tata ruang wilayah keluarga miskin di kawasan pesisir pesisir dan laut




Hal ini tidak bisa kita rasionalkan bahwa pemerintah kita mendapatkan kurang lebih 5 penghargaan yang salah satunya adalah Avatar Home Tree yang diberikan oleh Cameron deforestasi pada masa kepemimpinannya— merujuk data Walhi—angkanya luar biasa besar. Sepanjang 2006-2007, deforestasi mencapai 2,07 juta hektar. Jika di setiap hektar hutan alam hidup sekitar 2.500 pohon dengan diameter beragam, maka ada 5,17 miliar pohon yang musnah. Angka pemerintah sekalipun, deforestasi tahun lalu mencapai 1,07 juta hektar. Artinya ada 2,6 miliar pohon musnah.


Padahal, sepanjang lima tahun terakhir kepemimpinan SBY, lebih dari 10 miliar pohon hutan alam musnah. Sungguh, SBY tak layak mendapat penghargaan ini
Proyek industri pangan berorientasi ekspor ini akan dilakukan pada 1,6 juta ha kawasan dataran rendah, hutan, dan rawa. Kabarnya proyek ini membutuhkan 6,4 juta tenaga kerja, yang sebagian besar akan didatangkan dari luar pulau. Padahal, populasi rakyat Papua saat ini hanya 4,6 juta jiwa, kurang dari separuhnya adalah penduduk asli yang 70 persennya tinggal di kawasan terpencil.


Tidak hanya itu. Presiden SBY justru memimpin perusakan hutan yang tersisa lewat kebijakan-kebijakan kehutanan dan pertambangan yang mengancam keselamatan hutan dan rakyat. Setidaknya, ada dua yang patut dicatat.
Pertama, awal 2008 keluar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dari penggunaan Kawasan Hutan untuk Kepentingan di Luar Kegiatan Kehutanan. PP ini mengobral hutan lindung tersisa, salah satunya bisa dialihfungsikan menjadi kawasan tambang. Sewanya lebih murah dari pisang goreng, hanya Rp 150-Rp 300 per meter per tahun. PP ini memicu keluarnya izin tambang yang jumlahnya gila-gilaan. Di Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur, sedikitnya 247 perizinan tambang batu bara dikeluarkan bupati sepanjang tahun 2008 dan 2009.
Kedua, PP No 24/2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan dan PP No 10/2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. Keduanya dipastikan akan mendorong alih fungsi hutan besar-besaran. Di Kalimantan Selatan saja, ada 97 perusahaan tambang batu bara yang kawasan pengerukannya masuk kawasan hutan. Oleh karenanya, mari menganggap Award ini sebuah lelucon, cara Cameron mengolok kita. Ia sebenarnya ingin menyampaikan pesan, mengingatkan pengurus negeri ini agar berhenti memperlakukan hutannya dengan cara biadab.





Diposkan oleh di 23:20





Global Warming

global-warmingSenin 3 desember 2007 merupakan hari yang sangat penting bagi kelangsungan bumi yang kita cintai dikarenakan diadakannya UN Climate Change Conference (KTT Perubahan Iklim) yang akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali. Seperti yang kita ketahui isu global warming saat ini sedang gencar-gencarnya dikampanyekan diseluruh dunia, tidak ketinggalan juga di Indonesia yang lazim dikenal dengan nama Pemanasan Global. Sayangnya dalam sebuah survey yan dilakukan sebanyak 72% orang Indonesia tidak mengetahui tentang apa yang dinamakan dengan Global Warming atau Pemanasan Global. Akurat atau tidaknya survey tersebut namun dengan pernyataan “orang yang tidak peduli dengan pemanasan global adalah sama dengan orang Indonesia” sangat menyakitkan bagi kita semua. Mungkin sebagian besar orang di negeri ini lebih peduli terhadap gosip kawin cerai para selebritis.



 

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Suasana dunia yang sedang heboh dengan isu Global Warming ternyata tidak terlalu dirasakan atau sengaja tidak mau tahu oleh orang Indonesia. Dampak Global Warming kini mulai dirasakan oleh negara kita yang terakhir yaitu terjadinya pasang air laut di utara Jakarta setinggi dada orang dewasa dan iklim yang berubah-ubah di beberapa wilayah Indonesia juga banyak terjadinya angin puting beliung, yang terakhir ini sempat saya rasakan pada hari rabu 28 nov lalu yang terjadi di Bandung yang menyebabkan sebagian besar pohon, spanduk dan tiang-tiang listrik rubuh. Pertanyaan yang musti dijawab mengapa negara kita yang masih “tersisa” banyak hutan sering terkena dampak dari Global Warming sedangkan negara-nagara lain jarang, hal ini mungkin disebabkan ketidakpedulian kita semua tentang pemanasan global, hal ini bukan hanya tanggung jawab dari pemerintah namun merupakan kewajiban kita bersama sebagai warga negara Indonesia.

Ketidakpedulian kita semua terhadap efek pemanasan global bisa dilihat dengan makin berkurangnya hutan yang dianggap sebagai paru-paru dunia karena dijadikan lahan-lahan pertanian dan exploitasi hasil hutanPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket Yang harus dilakukan oleh pemerintah dengan hal ini yaitu menindak tegas para pelaku pembalakan liar dan tidak memperpanjang izin penebangan hutan kepada para pengusaha kayu. Sedangkan kita sebagai masyarakat yang bisa kita lakukan adalah dengan menanam pohon di sekitar lingkungan karena dengan pohon yang kita tanam sekarang maka akan menyelamatkan kehidupan bumi dan anak cucu kita di masa yang akan datang. Hal ini telah dicanangkan oleh pemerintah dengan program tanam sejuta pohon.



Semoga dengan KTT Perubahan Iklim yang akan diselenggarakan di Bali selama dua pekan dan dihadiri lebih dari 10000 peserta dari seluruh dunia ini akan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang bisa menyelamatkan bumi dari ancaman global warming


 

Sumber : http://url.stisitelkom.ac.id/96453

Global Warming

Amunisi Bekerja dengan Atasan Pasif Agresif












Jangan stres, bekali diri dengan sejumlah amunisi kalau bekerja dengan atasan pasif agresif.






KOMPAS.com - Setelah mengenali ciri-ciri atasan pasif agresif, saatnya bagi bawahan untuk mengendalikan situasi agar suasana kerja tetap kondusif. Bagaimana pun Anda, sebagai bawahan, tak bisa mengubah atasan, namun setidaknya Anda bisa beradaptasi dan memiliki strategi agar bisa bekerja maksimal. Berikut beberapa amunisi yang bisa dipakai untuk mengatasi bos pasif agresif:

* Jaga integritas 

Menurut effectiveness coach, Laura Rose, antara bos bullydan bos pasif agresif punya kesamaan, yaitu mereka merasa tidak aman. Untuk itu Anda harus mengkomunikasikan secara efektif usulan Anda dengan fokus pada win win solution. Jaga terus integritas Anda, maka penilaian jelek siapa pun (termasuk atasan Anda) yang didorong atas rasa tidak aman dalam dirinya tidak banyak pengaruhnya bagi penilaian Anda.

* Tunjukkan kontribusi. 
Roy Cohen, career coach penulis buku The Wall Street Profesional's Survival Guide, menyarankan: "Jangan bersikap melawan atau menjatuhkan bos seperti ini di depan umum. Juga jangan membicarakan kejelekannya di belakang".

Pertentangan yang terlihat antara Anda dan bos justru akan memojokkan Anda. Untuk memperlihatkan diri, mintalah proyek khusus, sambil Anda menjalin hubungan baik dengan pemegang posisi kunci di perusahaan atau atasan di atas bos Anda.

Agar bos ini tidak melarikan diri dari tanggung jawab proyeknya bersama Anda, maka susunlah jadwal pertemuan secara reguler. Ingatkan dia untuk pertemuan ini dan buat agenda pertemuan singkat dan padat, sehingga tidak memancing sikap agresif dirinya.

Buat laporan rapat yang ringkas dan jelas. Beri tanda bagian-bagian yang penting, sehingga mau tak mau atasan Anda memberi perhatian. Buat pertemuan dan presentasi visual menarik, interaktif, dan hidup. Jika Anda dapat membuat karyanya lebih menyenangkan, ia akan merespon cepat.

* Siapkan bukti kinerja.
Kevin Kruse, penulis buku We: How to Increase Performance and Profits Through Full Engagement Offers, menyarankan agar Anda sedikit berlaku sebagai pendidik bagi bos.

"Jika atasan memberikan komentar negatif terhadap rekan Anda, sementara ia tak ada di ruangan, berikan komentar singkat dengan wajah polos, "Pak, apakah Anda sudah mengatakan hal tersebut kepadanya?"

Carilah waktu yang nyaman untuk membicarakan performa Anda di mata atasan. Mintalah umpan balik darinya. Sikap asertif ini bisa membuka matanya atas diri Anda dan mungkin juga tentang perlakuannya terhadap Anda.

Buatlah catatan pekerjaan yang sudah Anda lakukan berikut kemajuannya, bila ada komentar positif maupun penghargaan perlu di catat pula. Ini penting sekali untuk pembuktian kinerja Anda.

Memang butuh energi lebih besar dan segudang kesabaran menghadapinya. Nah, jika energi dan kesabaran sudah menipis, sementara ia tak berubah, maka saran Kathi Elster, executive coach dan co-author dari buku Working with You Is Killing Me, agaknya perlu Anda perhatikan.

Ia menyarankan, "Bos pasif agresif itu tidak akan pernah berubah sepenuhnya. Untuk beberapa waktu, mungkin, Anda bisa mengendalikan situasi menghadapi sifatnya. Tapi yang terbaik, carilah jalan untuk keluar dari cengkeramannya".
Editor :

wawa



Amunisi Bekerja dengan Atasan Pasif Agresif

Belanja Pegawai Tinggi karena Program Pensiun dan Penerimaan


Penulis : Ester Meryana | Kamis, 23 Agustus 2012 | 15:47 WIB





KOMPAS/HENDRA A SETYAWANPresiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato kenegaraan memperingati Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di ruang Sidang Paripurna 1 kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8/2012). Selain menyampaikan pidato kenegaraan, Presiden juga dijadwalkan menyampaikan pidato Nota Keuangan serta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2013.




 
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Agus Martowardojo menegaskan, tingginya angka belanja pegawai pada RAPBN 2013, yakni sebesar Rp 241,1 triliun, karena program pensiun dan penerimaan pegawai yang terus meningkat.




"Belanja pegawai yang tinggi itu karena program pensiunnya tinggi dan juga program penerimaan pegawai yang terus meningkat," ucap Agus, seusai menghadiri halalbihalal di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (23/8/2012).

Agus menjelaskan, anggaran yang dialokasikan Pemerintah untuk belanja pegawai pada RAPBN 2013 terbilang tinggi, yakni di atas Rp 200 triliun. Dari angka tersebut, porsi dana pensiun pun cukup besar yaitu sekitar Rp 74 triliun. Besarnya dana tersebut karena uang pensiun memang mengalami kenaikan seperti halnya kenaikan gaji.

"Nah, kebijakan kita sekarang ini karena relatif rendahnya pensiun, kita ikut naikkan, dan ini semua ada tekanan kepada belanja pegawai," sambung Agus.

Selain pensiun, program penerimaan pegawai pun meningkat. Terkait ini, sebenarnya Pemerintah sedang melakukan moratorium pegawai negeri sipil (PNS) hingga akhir tahun ini. Moratorium dilakukan supaya kementerian/lembaga bisa mempunyai perencanaan kebutuhan pegawai atas dasar analisa beban kerja.

Namun demikian, lanjut Agus, Pemerintah tetap melakukan penerimaan yakni pegawai-pegawai yang berstatus honorer. "Di tahun 2012 kita sudah melakukan moratorium tetapi masih juga ada unsur biaya pegawai honorer yang akan diterima cukup banyak dan ini sedang diteliti," tegasnya.

Oleh sebab itu, seiring tingginya belanja pegawai, Pemerintah akan menata baik dana pensiun maupun penerimaan pegawai. Apalagi, sebut Agus, sistem pembayaran pensiun sekarang ini adalah pay as you go, artinya pensiun dibayarkan saat para PNS selesai tugas.

"Jadi dalam tiga tahun ini di Kemenkeu, bersama dengan Menteri PAN (Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) itu akan menata kembali program pensiun, khususnya pensiun PNS. Dan ini adalah supaya menata biaya pegawai," tandas Agus.


Rabu, 13 Juni 2012

Suggestions for “clustering” WordPress MU servers? Or mirroring servers?

Suggestions for “clustering” WordPress MU servers? Or mirroring servers?


Suggestions for “clustering” WordPress MU servers? Or mirroring servers?


January 22nd, 2009 by Dan York

 



 




wordpressmulogo.jpgAny suggestions out there for how to “cluster” WordPress MU servers for redundancy? Or to make a mirror of the server on another system?

I have a problem. If something were ever to happen to the physical server hosting this site… well… blogs.voxeo.com would be off the Internet until a backup server can be put in place… a backup image restored, etc., etc. That could take a period of time. There’s also the risk of losing whatever content was added to the server since the last backup.

I don’t like single points of failure.

What I’d like to do is to have some type of system in place so that if the physical server fails for some reason, the site won’t be offline for very long at all. It seems to me that there are a couple of approaches:




1. BUILD A WPMU “CLUSTER” – It’s pretty clear that large WPMU sites are already doing this. There are various forum posts – for example here, here, here, here and here. There is a WordPress Codex piece on scaling. There’s even a slide deck from a presentation by a Joseph Scott (looks like a talk I would have enjoyed seeing). Overall it looks rather straightforward – set up multiple web servers… replicate the MySQL databases… rsync the data (or use some sync mechanism)… set up some DNS entries… and so on…

The thing is that in reading through all those pages I feel a bit like I would be trying to build the Space Shuttle just to be able to drive down to the corner store. I don’t have 200,000 blogs… I have six… and maybe we’ll grow that to 10, but it’s still a tiny number. I’m not really concerned about scaling the server and dealing with performance issues as I am with ensuring availability.

Of course, I’d naturally also like the WPMU cluster to be easy to administer… easy to update… easy to post to, etc.

Really, I’m looking for a nice easy HOWTO for someone who just wants to create a small WordPress MU cluster. I can’t seem to find one… (which maybe means I need to write one when I get it all sorted out.) If anyone has any pointers to pages I may have missed, I’d love to learn of them.

The nice thing about doing a cluster approach would be that a server could die and the site would continue to be available. The dead server could be repaired, resynced and put back in action. Plus, since we have our own rock-solid, redundant, geographically-distributed hosting infrastructure, I could put the second WPMU server in another of our data centers and be able to get that added redundancy.




2. MIRRORING A WPMU SERVER – Another less-involved approach seems to me to be to mirror the primary server onto another server and then be able to swap in that backup server should the primary server fail. Essentially it is very similar to a cluster except that only one server is actually in use at any time.

From a user and administrative point-of-view, it would still be a single WPMU server that we are posting to and administering – with then some kind of sync going on to the backup server.

If the primary server dies, the recovery could be as simple as pointing the DNS entry for “blogs.voxeo.com” to the IP of the backup server (or bringing up the backup server with the IP of the primary… or pointing the public IP to the internal IP of the backup server… there are numerous ways to do this).

So far, though, I’m not finding any forum posts, HOWTOs, or other posts talking about how to do this. I’m thinking it’s probably setting up MySQL replication again and then using something like rsync to sync the WPMU files between servers…




3. USING A DISTRIBUTED COMPUTING CLOUD – I suppose another approach is to virtualize the WPMU instance and distribute it across multiple servers. Sort of like sticking the whole site up in Amazon EC2 and S3 – only in our own data centers since we already have the infrastructure. I could do this and in fact it does seems like a good layer of redundancy to add. But I’m not sure it’s really the whole answer, because there’s still only one MySQL instance and one WPMU instance running. With either clustering or mirroring you have multiple web servers and multiple databases running, so you have more redundancy going on.




Ultimately, all I’m looking to do is to ensure that if a physical server fails – or needs to be taken offline for any reason – the WordPress MU site will still be accessible to visitors. If anyone reading this has any suggestions or thoughts, I’d definitely be grateful to hear them – either as comments here, email, Twitter replies, whatever. (Thanks in advance.) However I wind up solving the issue, I’ll be sure to write it up here.




If you found this post interesting or helpful, please consider either subscribing via RSS or following on Twitter.




 

Technorati Tags:
, , , , , , , , , ,

 

www.stisitelkom.ac.id www.di.stisitelkom.ac.id www.ktm.stisitelkom.ac.id

 

www.dkv.stisitelkom.ac.id www.dp.stisitelkom.ac.id www.srm.stisitelkom.ac.id

 

www.blog.stisitelkom.ac.id www.multimedia.stisitelkom.ac.id

 

www.elearning.stisitelkom.ac.id www.library.stisitelkom.ac.id

 

www.digilib.stisitelkom.ac.id www.mirror.stisitelkom.ac.id

 

www.sisfo.stisitelkom.ac.id www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

 

www.hilfans.wordpress.com www.hilfan-s.blogspot.com www.askaf.co.id

 


Selasa, 03 April 2012

Aset Yang Menggerogoti Kemakmuran Anda

Aset Yang Menggerogoti Kemakmuran Anda

*"...kamu tidak (boleh) menganiaya dan tidak (pula) dianiaya."* (QS. Al-Baqarah [2] : 279)

Uang kertas yang saat ini menjadi alat tukar sekaligus tolok ukur kemakmuran seseorang sungguh merupakan sebuah ilusi produk Sistem Dajjal. Sebab bila seseorang menyangka bahwa ia dapat menyimpan hartanya dengan cara menabung uang kertasnya sungguh ia akan mengalami kerugian secara jangka panjang. Mengapa? Karena nilai uangnya akan kian menyusut dari tahun ke tahun disebabkan adanya inflasi. Tabungan berupa uang kertas seperti ini dikategorikan sebagai *Wealth Reducing Assets* (aset yang menggerogoti kemakmuran anda). Kok ada jenis aset yang malah menggerogoti kemakmuran?

*"Ilustrasinya begini, bila Anda sekarang memiliki uang Rp 5,000,- uang tersebut dapat Anda belikan beras 1 kg yang dapat untuk konsumsi Anda sekeluarga dalam dua hari. Bila uang Anda tersebut tidak dibelikan beras sekarang, disimpan dengan jumlah yang sama –**maka 4 tahun lagi uang yang sama**tersebut hanya cukup untuk membeli 0.5 kg beras – yang hanya cukup untuk konsumsi 1 hari. Jadi dalam hal ini uang kertas yang Anda pegang/simpan saja – menjadi**Wealth Reducing Asset**atau aset yang mengurangi kemakmuran Anda.*

*Tidak hanya Rupiah, hal yang sama terjadi pada Dollar. Bila US$ 1 sekarang* *hampir cukup untuk membeli 1 liter bensin di pom-pom bensin asing yang kini marak di jabodetabek,** lima tahun lagi uang Dollar yang sama **tidak akan cukup untuk membeli 1/2 liter bensin. Jadi Dollar Anda juga termasuk kategori**Wealth Reducing Asset."

*Jadi, sungguh naif bila seorang Muslim mengandalkan upaya pemeliharaan kemakmurannya dengan menabung dalam bentuk uang kertas. Itu sama artinya bahwa ia rela dizalimi oleh sistem keuangan Sistem Dajjal. Untuk itu ada aset jenis kedua, yaitu *Wealth Preserving Assets* (aset yang mampu mempertahankan kemakmuran anda). Tetapi ia sekadar mampu menjaga tingkat kemakmuran yang sama bila aset itu anda pegang atau simpan. Contoh jenis aset ini ialah rumah, emas atau dinar. Bila Anda simpan emas atau Dinar Anda kapanpun meski nilainya dalam Rupiah menjadi berlipat-lipat – tetap tidak akan mampu meningkatkan kemakmuran Anda.

Dinar atau emas hanya akan mampu mempertahankan kemakmuran Anda – sebagai *Wealth Preserving Assets*– karena satu Dinar Anda tetap setara satu ekor kambing selama lebih dari 1400 tahun. Namun aset jenis ini jauh lebih baik daripada anda hidup dalam ilusi dimana anda menyangka sedang menyimpan harta melalui tabungan uang kertas yang semakin bertambah padahal pada hakikatnya kemakmuran anda kian menyusut...!

Sudahkah anda beralih dari tabungan uang kertas menjadi tabungan berupa koin Dinar? Bila belum, maka segera lakukanlah sebelum kemakmuran anda -berupa tabungan uang kertas- habis digerogoti oleh Sistem Dajjal. Memang, dengan menyimpan Dinar bukan berarti anda dapat memperbanyak kemakmuran, tetapi setidaknya anda telah memproteksi harta anda dari tangan-tangan zalim Sistem Dajjal. Bila memegang Rupiah atau Dollar membuat kemakmuran berkurang, memegang emas atau Dinar membuat kemakmuran bertahan – lantas aset dalam bentuk apa yang bisa kita pegang yang membuat kemakmuran meningkat ? Untuk itulah dikenal adanya *Wealth Producing Assets* (aset yang meningkatkan kemakmuran anda).

Untuk itu Muhaimin Iqbal mengusulkan dua solusi: *Pertama, adalah aset-aset Anda dijadikan aset yang memang tumbuh atau bertambah secara fisik atau bertambah secara significant nilainya – sehingga mampu mengalahkan inflasi,seperti menanam pohon, memelihara kambing, memproduksi kerajinan, memproses berbagai bahan baku menjadi produk jadi yang bernilai lebih dlsb.* *Kedua, adalah aset Anda dijadikan modal yang terus berputar.

**Kalau aset Anda berputar seminggu sekali saja dengan hasil bersih 1%, pertumbuhan aset Anda sudah akan seperti pertumbuhan aset Abdurrahman bin Auf. Jadi Aset yang digunakan untuk menumbuhkan benda riil, men-**create**nilai tambah atau terus berputar sebagai modal adalah aset yang akan menjadi **Wealth Producing Assets**– atau aset-aset yang akan meningkatkan kemakmuran Anda.

* (Ayo Berdagang! karya Muhaimin Iqbal – Penerbit Republika 2011 – hlm. 18) **

 

www.stisitelkom.ac.id www.di.stisitelkom.ac.id www.ktm.stisitelkom.ac.id

www.dkv.stisitelkom.ac.id www.dp.stisitelkom.ac.id www.srm.stisitelkom.ac.id

www.blog.stisitelkom.ac.id www.multimedia.stisitelkom.ac.id

www.elearning.stisitelkom.ac.id www.library.stisitelkom.ac.id

www.digilib.stisitelkom.ac.id www.mirror.stisitelkom.ac.id

www.sisfo.stisitelkom.ac.id www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

www.hilfans.wordpress.com www.hilfan-s.blogspot.com www.askaf.co.id

Jaminan Garansi Yang Haram

Jaminan Garansi Yang Haram

Sengitnya persaingan bisnis membuat konsumen dan distributor mengupayakan berbagai macam strategi untuk menarik minat konsumen. Di antara strategi penjualan yang cukup berhasil membuat konsumen jatuh hati adalah garansi barang. Garansi berupa jaminan atau tanggungan kerusakan dalam periode terntentu juga mengesankan kualitas barang tersebut. Sebenarnya bagaimana hukum garansi ini dalam tinjauan perniagaan Islami. Garansi barang ada dua macam:Pertama, biaya garansi dan harga jual barang berbeda misalnya HP tanpa garansi harganya satu juta, sedangkan jika dengan garansi harga barang menjadi satu juta dua ratus ribu. Dua ratus ribu dalam hal ini adalah uang untuk biaya servis yang tidak jelas, boleh jadi barang tersebut ternyata tidak pernah rusak dan seandainya rusak biaya normalnya boleh jadi kurang dari dua ratus ribu atau jauh lebih besar dari dua ratus ribu. Garansi jenis pertama ini terlarang alias haram mengingat ada gambling alias untung untungan.

Kedua, biaya garansi menyatu dengan harga barang sehingga mau ada perbaikan di kemudian hari ataukah tidak ada harga barang tetap yaitu satu juta rupiah misalnya, sehingga tidak ada uang tertentu untuk biaya garansi, garansi semacam ini hukumnya tidak mengapa karena perbaikan barang dalam hal ini statusnya adalah kebaikan produsen alias produsen mengurangi keuntungan penjualan untuk biaya garansi.

Lalu bagaimana dengan maraknya perbedaan garansi untuk HP Blacberry sekarang ini? ada garansi TAM, distributor, toko, Global, dan lainnya... Silahkan tarik kesimpulan... heheheh....

 

www.stisitelkom.ac.id www.di.stisitelkom.ac.id www.ktm.stisitelkom.ac.id

www.dkv.stisitelkom.ac.id www.dp.stisitelkom.ac.id www.srm.stisitelkom.ac.id

www.blog.stisitelkom.ac.id www.multimedia.stisitelkom.ac.id

www.elearning.stisitelkom.ac.id www.library.stisitelkom.ac.id

www.digilib.stisitelkom.ac.id www.mirror.stisitelkom.ac.id

www.sisfo.stisitelkom.ac.id www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

www.hilfans.wordpress.com www.hilfan-s.blogspot.com www.askaf.co.id

Jumat, 30 Maret 2012

Melatih Karyawan Mengelola Social Media

Kamis, 16 Februari 2012

Inteligensi Positif

Inteligensi Positif

Eileen Rachman & Sylvina Savitri

EXPERD  : HOGAN Assessment, Soft Skills Executive Coaching”

Seorang teman yang aktif di media sosial terpopuler sekarang, Twitter, memberi saran dalam “kultwit”-nya: “Bersikaplah selalu positif. Jangan mengeluh. Jangan membawa aura negatif. Bila perjalanan terhambat macet, katakan ‘untung masih bisa berkomunikasi’, bila hawa panas, ‘katakan untung tidak hujan’”. Meskipun kita semua tahu manfaatnya bersikap positif, namun kenyataannya terkadang memang tak mudah, apalagi dalam keadaan krisis moral dan kepercayaan yang kerap kita hadapi. Itu sebabnya kita memang perlu melatih diri untuk selalu melihat jalan keluar dari keadaan yang ada, memikirkan upaya “bounce back” dan bukannya malah merasa terpuruk dan ‘helpless’.

Orang sering mengartikan keadaan gembira sebagai konsekuensi dari suatu upaya atau keadaan. Bila saya dipromosikan, saya bahagia. Bila mencapai target, saya senang. Padahal keadaan senang ini ibarat ‘moving target’. Begitu kita mencapai target, kita senang, mengharapkan bonus, tetapi langsung atasan memancangkan sasaran baru lagi, sehingga kita berada dalam situasi yang lagi-lagi mengharap-harapkan kesenangan. Padahal, sebaliknya,  the “positive advantage” adalah modal untuk mencapai target. Sebanyak 225 studi yang dilakukan oleh sejumlah peneliti, seperti Sonja Lyubomirsky, Laura King dan Ed Diener,  menemukan adanya korelasi positif antara kepuasan hidup dengan kesuksesan binis.  Dengan ‘mindset’ positif, orang ternyata bisa melihat tantangan sebagai sesuatu yang positif. Dalam kondisi positif, produktivitas, kreativitas, dan niat untuk ‘engage’ menjadi lebih kuat.

Beberapa dekade yang lalu, kebahagiaan adalah area yang hanya dibicarakan para filsuf dan penyair. Para psikolog baru secara serius mempelajari pengaruh sikap positif dalam hidup dan kehidupan bekerja pada 20 tahun terakhir. Saat sekarang, para ekonom dan ahli syaraf pun beramai-ramai mulai memfokuskan perhatian pada keadaan positif dan bahagia ini. Ahli syaraf mencari bagian otak yang mana yang paling aktif bekerja bila individu mendapat ‘reward’. Para ekonom ingin tahu persis “nilai”  apa yang paling memotivasi individu. Hasilnya memang sangat masuk akal yaitu semua yang positif lebih baik dari yang negatif. Orang yang romantis lebih  happy dari yang tidak. Orang yang sehat lebih happy dari yang sakit. Orang yang rajin beribadah lebih happy dari yang tidak beribadah. Jadi, mengapa memilih pendekatan negatif? Atau berintelegensi negatif?

Melatih Kebiasaan Positif

Seorang CEO, Burt’s Bees ,John Replogle, dalam menghadapi krisis di perusahaannya, memutuskan untuk tidak menyebarkan pesan-pesan dan tututan secara menegangkan. Mereka belajar bahwa dengan meningkatkan taraf kecemasan anggota tim, hasilnya malah meningkatkan kerja amigdala atau bagian otak yang menimbulkan ancaman, dan menghentikan daya kerja bagian otak yang berfungsi melakukan ‘problem solving’. Tindakan yang mereka lakukan justru mengirimkan email semangat setiap hari, berisi penghargaan terhadap anggota tim, yang melakukan sesuatu yang dipandangnya istimewa. Beliau juga mengingatkan pada manajer yang sedang sibuk sekali mengejar keuntungan finansial untuk meluangkan waktu membicarakan ‘nilai’ perusahaan yang tetap dianggap super penting. Dengan menerapkan kepemimpinan positif begini, para manajer ternyata semakin kohesif dan ‘engaged’ dan bahkan bisa melewati krisis yang berat.

Rasanya belum terlambat bila kita melatih otak untuk selalu bersikap positif. Mendengarkan presentasi para management trainee yang memang belum kompeten, kita bisa mulai komentar kita dengan penghargaan akan kerja kerasnya. Saat kita mendapatkan pertanyaan yang tidak ‘smart’ kita bisa memberi applause terhadap keberanian bertanya. Melatih otak sama persis seperti melatih otot tubuh kita. Otot yang terlatih bersifat lentur. Kita pun bisa mengupayakan neuroplasticity, di mana otak kita seakan diurai kembali dan membentuk konfigurasi yang lebih teratur dan fleksibel. Dengan melatih rasa bersyukur, mengeluarkan pernyataan positif kita akan terbiasa untuk bersikap tenang menghadapi kesulitan dan tantangan.

Mengembangkan “A Better Self”

Mari kita pikirkan, apa tujuan kita menyekolahkan anak? Apakah kita ingin ia menjadi bankir muda yang ambisius, mengejar gaji besar dan bonus tebal? Ataukah, kita ingin ia mengenal dirinya, berpegang teguh pada nilai-nilai moral, disukai orang di sekitarnya dan mengembangkan sikap untuk menjadi manusia yang utuh? Tentu kita memilih jawaban yang terakhir, bukan? “Self” yang kuat mampu menguatkan “sense of ownership” terhadap negara, perusahaan, dan masalah yang sedang dihadapi. Individu dengan self kuat, bersikap “excited” dalam menghadapi tantangan di depan mata dan lebih kuat belajar.

Penguatan “self’ ini perlu kita pikirkan bukan saja terhadap anak, tetapi juga karyawan. Apakah kita memang ingin  melihat karyawan yang hanya berlomba-lomba dan terengah-engah mengejar komisi dan bonus? Sebaliknya, kita tentu lebih senang menciptakan barisan karyawan yang tidak hanya puas dengan prestasi yang biasa-biasa, dan justru menuntut dirinya untuk kreatif. Kita bisa membentuk karyawan bermental arsitek, pembangun dan kreator masa depan. Kita tidak peduli apakah manusia yang kita bangun menciptakan lagu, buku, usaha kecil, ataupun gaya rambut terkini, yang penting individu berniat keras untuk maju dan menerjang status quo. Jadi, dalam perusahaan yang sedang mengalami kemajuan pesat ataupun yang mengalami krisis, kita memang harus terus memikirkan strategi untuk membuat tiap individu merasa ‘terisi’, berguna dan autentik. Sudah waktunya kita meninggalkan materi, uang, ekonomi dan politik sebagai motivator utama. Kita perlu meyakini bahwa individu akan lebih ‘happy” bila ia berada dalam keadaan positif, sehingga dapat mengerahkan potensi pribadinya, merasa ber’power’ dan mempunyai tenaga untuk membahagiakan dirinya. Asah inteligensi positifnya.

http://www.stisitelkom.ac.id

http://hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

 

www.stisitelkom.ac.id www.di.stisitelkom.ac.id www.ktm.stisitelkom.ac.id

 

www.dkv.stisitelkom.ac.id www.dp.stisitelkom.ac.id www.srm.stisitelkom.ac.id

 

www.blog.stisitelkom.ac.id www.multimedia.stisitelkom.ac.id

 

www.elearning.stisitelkom.ac.id www.library.stisitelkom.ac.id

 

www.digilib.stisitelkom.ac.id www.mirror.stisitelkom.ac.id

 

www.sisfo.stisitelkom.ac.id www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

 

www.hilfans.wordpress.com www.hilfan-s.blogspot.com www.askaf.co.id

 

Bisnis Sukses Jadilah Bodoh

Bisnis Sukses: Jadilah Bodoh





Bisnis Sukses: Jadilah Bodoh

Pintar vs Bodoh ala Bob Sadino

 

Terlalu Banyak Ide – Orang “pintar” biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang “bodoh” mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya

 

 

Miskin Keberanian untuk memulai –Orang “bodoh” biasanya lebih berani dibanding orang “pintar”, kenapa ? Karena orang “bodoh” sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang “pintar” telalu banyak pertimbangan.

 

 

Telalu Pandai Menganalisis –Sebagian besar orang “pintar” sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang “bodoh” tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.
 

Ingin Cepat Sukses –Orang “Pintar” merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkahn hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang “bodoh” merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.

 

 

Tidak Berani Mimpi Besar – Orang “Pintar” berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa di capai. Orang “bodoh” tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.

 

Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi – Orang “Pintar” menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang “Bodoh” berpikir, dia pun bisa berbisnis.

 

Berpikir Negatif Sebelum Memulai – Orang “Pintar” yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang “bodoh” tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.

 

Maunya Dikerjakan Sendiri – Orang “Pintar” berpikir “aku pasti bisa mengerjakan semuanya”, sedangkan orang “bodoh” menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.

 

Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan – Orang “Pintar” menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang “bodoh” berpikir simple, “yang penting produknya terjual”.

 

Tidak Fokus – Orang “Pintar” sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang “bodoh” tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.

 

Tidak Peduli Konsumen – Orang “Pintar” sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang “bodoh” ?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.

 

Abaikan Kualitas -Orang “bodoh” kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sednagnkan orang “pintar” sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

 

Tidak Tuntas – Orang “Pintar” dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang “bodoh” mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.

 

Tidak Tahu Pioritas – Orang “Pintar” sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang “Bodoh” ? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas

 

Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas – Banyak orang “Bodoh” yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang “Pintar” malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

 

Mencampuradukan Keuangan – Seorang “pintar” sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.

 

Mudah Menyerah – Orang “Pintar” merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang “Bodoh” seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.

 

Melupakan Tuhan – Kebanyakan orang merasa sukses itu adalah hasil jarih payah diri sendiri, tanpa campur tangan “TUHAN”. Mengingat TUHAN adalah sebagai ibadah vertikal dan menolong sesama sebagai ibadah horizontal.

 

Melupakan Keluarga – Jadikanlah keluarga sebagai motivator dan supporter pada saat baru memulai menjalankan bisnis maupun ketika bisnis semakin meguras waktu dan tenaga

 

Berperilaku Buruk – Setelah menjadi pengusaha sukses, maka seseorang akan menganggap dirinya sebagai seorang yang mandiri. Dia tidak lagi membutuhkan orang lain, karena sudah mampu berdiri diatas kakinya sendiri

 

By: Bob Sadino



 

Disadur dari kampungwirausaha dot com



Bisnis Sukses Jadilah Bodoh

 

 

http://www.stisitelkom.ac.id

http://hilfan.blog.stisitelkom.ac.id

Kerja atau Bisnis

Kerja atau Bisnis?





Disadur dari Belajar bisnis bersama Anne Ahira di AsianBrain.com

 

Saya perhatikan dari setiap jawaban, ternyata hampir semuanya menginginkan jadi PEBISNIS. Alasannya bermacam-macam, ada yang berpikir dengan berbisnis uangnya bisa lebih banyak, bisa mengatur waktu sendiri, ada juga yang ingin jadi BOS dan lain-lain.

 

Pertanyaannya: SUDAHKAH mereka memulai?

Atau hanya 'sekedar keinginan'?

Adalah hal yang sering saya dengar dari banyak orang, mereka mengaku ingin sukses, tapi selalu memiliki alasan, salah satunya ‘tidak ada waktu’ atau 'tidak punya modal'.

 

Tidak jarang orang mengirimkan email kepada saya, mengaku ingin sukses,  ingin menjalankan bisnis seperti saya, lalu di belakang emailnya dibumbui 'tapi sayang Ahira, saya tidak punya modal' :-)

Sound familiar? :-)

 

Jika ada orang mengirimkan email seperti itu, saya selalu menjawab:

Teman..

Lapar adalah MODAL untuk mencari makan.

Haus adalah MODAL untuk mencari minum.

Ketidaktahuan adalah MODAL untuk mencari tahu.

Bodoh adalah MODAL untuk menjadi pintar.

Tidak punya 'modal', adalah MODAL untuk mencari dan mendapatkan modal yang Anda perlukan.

JIKA ANDA BENAR-BENAR MENGINGINKANNYA, ANDA AKAN MENEMUKAN JALANNYA! :-) 

Saya berani mengatakan seseorang tidak akan pernah bisa menjadi PEBISNIS sukses jika dia tidak bisa atau tidak mau mengusahakan APA yang dia perlukan.

 

Jika Anda benar-benar ingin menjadi seorang PEBISNIS dan SUKSES, Anda harus siap: Memecahkan setiap masalah yang ada di depan mata, sebelum mengecap yang namanya 'keuntungan'.

Sederhananya, bagaimana kita mau jadi pebisnis, jika pada saat awal saja, dan hanya karena 'tidak punya modal' Anda jadikan alasan untuk tidak bergerak maju.

 

Anda bayangkan, jika Anda menjadi seorang pebisnis, kita buat saja contoh yang mudah dipahami dan dibayangkan: Saya mendirikan perusahaan PT. Asian Brain di Indonesia dan Asian Brain LLC di Amerika.

 

Perusahaan Asian Brain saat ini memiliki ratusan staff di sana sini. Sebagai pebisnis, saya harus bertanggung jawab di antaranya:

Menggaji ratusan staff setiap bulan. Saya *harus berpikir* bagaimana agar perusahaan tetap berjalan, bisa menggaji ratusan staff setiap bulan dan membuat perusahaan semakin maju.

Saya tidak boleh 'merengek' dan tinggal diam, mengharapkan bantuan dan belas kasihan dari orang lain, melontarkan alasan "Saya ingin berhasil, tapi saya tidak punya modal untuk menggaji staff saya??".

No way...!

 

Sebagai PEBISNIS, Anda *tidak boleh* punya mental seperti itu. Sebagai PEBISNIS Anda ditantang untuk terus berpikir dan menuntaskan segala permasalahan yang menjadi tanggung jawab Anda, bukan orang lain.

Bagaimana Anda mau jadi pebisnis, jika masalah sendiri Anda lontarkan pada orang lain? :-)

Siapapun yang menjadi Pebisnis, tentunya ingin bisnisnya menjadi besar dan maju bukan? Nah, jika usaha Anda besar, maka tanggung jawab Anda pun akan semakin besar. Tanggung jawab Anda tidak hanya sebatas untuk kepentingan diri sendiri, tapi lebih banyak untuk orang lain. Maka sikap KEPEMIMPINAN pun menjadi mutlak untuk seorang pebisnis.

 

Menggaji staff hanyalah 'salah satu' dari sekian banyak tanggung jawab yang harus Anda pikirkan pada saat bisnis sudah menjadi besar. Belum memikirkan biaya ini itu, strategi ini dan itu yang harus selalu dipikirkan untuk kelangsungan usaha kita.

 

Banyak orang hanya membayangkan nikmatnya jadi pebisnis dari segi 'keuntungan', tapi mereka melupakan USAHA dan kerja keras pebisnis dalam keseharian. Kegagalan demi kegagalan yang harus mereka pecahkan, dan mereka tidak pernah berhenti hingga apa yang mereka inginkan tercapai.

Jika Anda ingin jadi pebisnis yang berhasil, bersiap-siaplah untuk menelan ratusan kegagalan di awal, sebelum mengecap keberhasilan pertama.

 

Jangan melihat asyiknya pebisnis dari keuntungan yang mereka dapatkan. Dari Penghasilan mereka yang miliaran. Lihatlah 'babak belur' nya mereka sebelum mencapai pada posisi sekarang.

Menjalankan bisnis tidak selalu tergantung pada 'modal uang' untuk menjalankannya. Tapi lebih pada pola pikir dan sikap kita yang SIAP akan berbagai macam tantangan.

 

Teman, kita hidup di dunia nyata, bukan sinetron. Pebisnis sukses tidak hanya asal memberikan tanda tangan, naik mobil mewah dan liburan ke luar negeri.

Yang namanya KERJA KERAS adalah mutlak untuk seorang pebisnis. Berani babak belur di awal. Siapkan mental Anda untuk mengalami kegagalan dan kerugian yang bertubi-tubi. Tidak hanya selalu memikirkan keuntungan.

Belajarlah untuk dewasa di mana Anda benar-benar mau menerima kenyataan bahwa tidak ada yang namanya 'sukses instan' di dunia ini. Tidak ada yang namanya sukses gratisan. Semua diperlukan pengorbanan di awal, jerih payah dan usaha yang sangat tidak sedikit.

 

Teman, sukses tidak selalu tergantung pada yang namanya ‘uang’ atau perlu modal. Bukankah banyak di antara kita yang selalu mengatakan uang bisa dicari? Dan ITULAH ujian Anda pertama kali sebagai pebisnis! Ayo pecahkan. Bukan dijadikan sebagai alasan.

Ingat, kita telah diberi modal sejak lahir oleh Yang Maha Pemberi Modal, yaitu: akal pikiran. Gunakanlah itu sebagai modal awal dan modal utama Anda.

 

Ingat selalu rumusnya:

JIKA ANDA BENAR-BENAR MENGINGINKANNYA, ANDA AKAN MENEMUKAN JALANNYA.

Dan tentunya jangan lupa, awali setiap langkah Anda dengan do'a. :-)

 

---------------Belajar bisnis bersama Anne Ahira di AsianBrain.com--------------



Kerja atau Bisnis

 

 

http://www.stisitelkom.ac.id

http://hilfan.blog.stisitelkom.ac.id